Logo Bloomberg Technoz

Nahar menambahkan, kasus perundungan kini semakin merata. Hampir di setiap lokasi telah ditemukan kasus kekerasan. Daerah-daerah dengan sistem pelaporan yang baik memiliki jumlah angka yang tinggi, seperti di Jawa.

Di sisi lain, Jasra Putra sebagai Wakil Ketua KPAI mengatakan berdasarkan data yang dikumpulkan dari Januari hingga Juni berdasarkan 5 kluster pelanggaran hak anak, terdapat 1.162 pelaporan. Lima kluster tersebut terdiri dari pelanggaran hak anak terkait hak sipil dan partisipasi anak, kesejahteraan dan kesehatan, keluarga dan pengasuh alternatif, waktu luang, budaya pendidikan dan agama.

"Di kluster pendidikan, waktu luang, budaya, dan agama di aduan kita ada 101 kasus. Tiga kasus terbesar ada di kluster pendidikan, tetap di persoalan perundungan," jelas Jasra.

"Kalau kita lihat dari data Kemendikbud Ristek yang mengganti ujian nasional dengan assesment nasional, ada sampling 6 juta siswa dari SD, SMP, dan SMA. Menurut data assesment tersebut 1 dari 3 peserta didik berpotensi mengalami perundungan. 1 dari 4 peserta didik mengalami hukuman fisik. Sementara 1 dari 3 berpotensi mengalami kekerasan seksual," tambahnya.

Jasra pun menyebut kasus perundungan di Indonesia sudah sangat darurat sehingga diperlukan langkah-langkah yang lebih nyata dari pemerintah menangani kasus ini. Hal ini juga disampaikan oleh Muhammad Iqbal sebagai psikolog keluarga.

"Pihak kepolisian harus dilibatkan untuk mengedukasi. Mencegah bullying ini tidak ada kata lain selain pendidikan karakter. Mungkin ke depannya bisa dipertimbangkan sekolah-sekolah berasrama dikembangkan dengan sistem pembentukan karakter seperti di SMA Taruna Nusantara. Walaupun memang tidak akan bebas bullying, tetapi minimun anak-anak fokus ke pengembangan karakter di samping akademik. Sehingga ke depannya lahir generasi-generasi emas," ungkap Iqbal.

"Sekolah-sekolah di daerah memprihatinkan. Banyak sekolah yang tak memadai. Di satu sisi kita sibuk membangun infrastruktur, berutang, mendatangkan investor. Tetapi kita lupa investasi pada pendidikan kita," pungkasnya.

(del/ggq)

No more pages