Di lain sisi, dalam wawancara dengan Bloomberg Television minggu lalu, Ketua Eksekutif Shree Renuka Sugars Ltd. mengatakan produksi gula bisa jauh lebih rendah dan hal itu mungkin menyebabkan pembatasan pengiriman.
Selain itu, para pedagang, analis dan pabrik penggilingan meyakini pembatasan ekspor akan dilakukan. Apalagi, sebelumnya Perdana Menteri Narendra Modi telah membatasi ekspor beras dan gandum India.
Menurut survei Bloomberg terhadap 13 analis, pedagang dan pabrik penggilingan, sebagian besar mengatakan India mungkin tidak mengekspor gula pada musim baru yang dimulai 1 Oktober 2023 karena produksi yang lebih rendah. Sementara, dua responden mengatakan total pengiriman bisa mencapai setidaknya 2 juta ton.
Kekhawatiran tersebut semakin meningkat karena adanya penurunan curah hujan di beberapa daerah penghasil gula utama di Maharashtra dan Karnataka.
Secara keseluruhan, berdasarkan biro cuaca di negara tersebut, curah hujan monsun di India berada 6% di bawah normal pada tanggal 28 September 2023. Namun penurunan lebih besar bahkan terjadi di beberapa wilayah. Sebagian wilayah Maharashtra mengalami penurunan curah hujan sekitar 14%, sementara beberapa wilayah di Karnataka mengalami penurunan hingga 27%.
Sebagai informasi, harga gula dalam negeri India telah naik sekitar 5% sepanjang tahun ini, menurut data yang dikumpulkan oleh Kementerian Pangan. Pemerintah secara tidak langsung mengendalikan biaya karena mengatur volume penjualan yang dapat dijual oleh pabrik penggilingan setiap bulannya.
Penurunan apa pun kemungkinan akan membuat pasar gelisah, mengingat output dari eksportir utama Thailand akan menurun akibat kekeringan. Harga gula mentah di New York diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam 12 tahun terakhir, meskipun terjadi panen raya di Brasil, dan semakin terbatasnya pasokan global dapat membuat harga gula di masa depan menjadi lebih tinggi.
(bbn)