Beban pokok MDKA melesat 99,96% secara tahunan menjadi US$473,89 juta. Penyebabnya adalah, lonjakan biaya pengolahan 175,95% secara tahunan menjadi US$513,82 juta.
Biaya manufaktur MBMA bahkan melesat 303,33% menjadi US$369,13 juta. Ini menjadi pemicu utama kenaikan beban pokok MBMA hingga 210,41% menjadi US$473,89 juta.
Peluang Dividen
Jika kerugian terus berlanjut hingga akhir tahun, hampir bisa dipastikan baik MDKA dan MBMA tidak membagikan dividen tahun buku 2023. Andai keduanya berhasil cetak laba di akhir tahun ini pun bukan menjadi jaminan para pemegang saham menerima dividen.
Pasalnya, sesuai dengan undang-undang perseroan terbatas (UUPT), perusahaan bisa membagikan dividen jika saldo laba ditahan positif setelah dikurangi dengan cadangan. Ini bukan satu-satunya paramater, mengingat ada faktor lain seperti kebutuhan belanja modal yang turut menentukan keputusan ada atau tidaknya dividen.
MDKA mecatat saldo laba dicadangkan hanya US$1,4 juta pada semester satu tahun ini, dari sebelumnya US$1,3 juta per Desember 2022. Sementara, jumlah saldo laba yang belum dicadangkan untuk kedua periode itu masing-masing US$232,17 juta dan US$281,48 juta.
Untuk MBMA, saldo laba dicadangkan semester I-2023 hanya US$2.000 dan tidak ada saldo di Desember 2022. Sedang saldo laba belum dicadangkan masing-masing US$336.384 dan US$20 juta.
Puasa dividen dari MBMA cukup wajar. Perusahaan baru saja menghelat initial public offering (IPO) pada April tahun ini. Jika mengacu pada prospektus, usulan dividen akan dimulai pada 2026.
Yang menarik justru MDKA, yang sejak IPO hingga saat ini belum membagikan dividen. Perusahaan IPO pada Juni 2015. Dalam prospektus IPO disebutkan, direksi dapat memberikan usulan pembagian dividen kas sebanyak-banyaknya 30% dari laba tahun berjalan mulai tahun 2019 berdasarkan laba tahun berjalan tahun buku 2018.
Usulan ini tentu dengan mempertimbangkan faktor seperti keberhasilan dalam mengimplementasikan strategi bisnis, keuangan, persaingan dan peraturan yang berlaku, kondisi perekonomian secara umum dan faktor-faktor lain yang spesifik terkait perusahaan dan industri perusahaan.
Dalam sebuah kesempatan, manajemen kunci MDKA sempat mengatakan, MDKA merupakan perusahaan yang masih berkembang dan banyak proyek baru yang masih dalam fase pengembangan. Sehingga, perusahaan belum bisa membagikan dividen.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, SRTG adalah pemegang 18,57% saham MDKA. Sementara, kepemilikan secara langsung Boy Thohir di perusahaan ini sebesar 7,36%.
Boy Thohir juga merupakan pemilik 11,08% saham MBMA. Adapaun pemegang saham terbesar perusahaan ini adalah PT Merdeka Energi Nusantara, dengan kepemilikan 49,94%.
(dhf/hps)