Menurutnya, isu keamanan energi akan menjadi lebih kompleks dalam beberapa dekade mendatang karena negara-negara membutuhkan lebih banyak nikel, kobalt, litium, dan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk mengurangi emisi global.
Pertemuan tertutup ini dihadiri oleh para menteri energi dan pertambangan dari sekitar 50 negara, serta para CEO dari perusahaan tembang terbesar global, dan ahli di bidang mineral penting.
Para peserta rapat mengatakan bahwa secara simbolis acara tersebut memiliki arti penting dan semakin mengukuhkan betapa serius ancaman yang dirasakan oleh para anggotanya karena posisi tawar China yang terlalu besar dalam bidang mineral penting tersebut.
Granholm dan pembicara lainnya tidak secara eksplisit menyebutkan nama China dalam pernyataan mereka, tetapi raksasa Asia Timur itu diketahui mendominasi seluruh rantai nilai banyak mineral utama.
China juga menyumbang lebih dari separuh produksi logam baterai dunia seperti litium, kobalt dan mangan, serta 100% logam tanah yang langka.
“Ketika kita melihat produksi dan pemurnian, pengolahan mineral penting, kita melihat tingkat konsentrasi yang sangat tinggi,” kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol dalam pidato pembukaan konferensi tersebut.
“Melihat sejarah energi dalam 100 tahun terakhir, ketika terdapat konsentrasi besar di satu negara, satu perusahaan dan satu rute; selalu ada tantangan.”
Amerika mengeluarkan paket regulasi besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir yang mengatur pemberian subsidi dan insentif pajak bernilai miliaran dolar untuk meningkatkan pasokan bahan-bahan dan baterai dalam negeri yang diperlukan untuk beralih ke armada mobil listrik.
Pertengahan tahun ini, Departemen Pertahanan AS mengeluarkan kontrak pertama kepada perusahaan-perusahaan Amerika atau Kanada pada akhir tahun untuk menambang galium, mineral yang digunakan dalam semikonduktor dan sistem radar militer, setelah China mengumumkan pembatasan mineral yang dianggap sebagai bagian dari perang dagang sektor teknologi itu.
(bbn)