Logo Bloomberg Technoz

BBM dan beras adalah 2 komoditas dengan sumbangan inflasi yang signifikan, masing-masing berkontribusi 3,78% dan 3,33% di keranjang Indeks Harga Konsumen (IHK). Jadi saat harga keduanya naik, maka inflasi umum bisa dipastikan ikut terungkit.

Sumber: Bahana Sekuritas

“Berdasarkan penelusuran kami, harga beras di pasar tradisional dan modern melonjak 7,8% year-to-date. Sementara harga gabah di tingkat petani naik 4%,” sebut Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, dalam risetnya.

Awal tahun ini, lanjut Satria, Bahana Sekuritas memperkirakan kenaikan harga beras akan menyumbang inflasi sebanyak 0,25%. Ini akan sangat dirasakan oleh penduduk miskin, yang penghasilannya banyak terpakai untuk membeli beras.

“Dengan produksi yang menurun pada beberapa bulan ke depan, masih mungkin kenaikan harga beras akan berlanjut. Akibatnya, bisa mempengaruhi daya beli masyarakat pada kuartal IV-2023,” tegas Satria.

Inflasi Tahunan Melambat

Meski inflasi bulanan melambat, tetapi sepertinya tidak demikian dengan inflasi tahunan. Konsensus Bloomberg yang melibatkan 17 institusi memperkirakan inflasi September sebesar 2,22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Jika terwujud, maka terjadi perlambatan dibandingkan Agustus yang sebesar 3,27% yoy. Inflasi 2,22% yoy juga akan menjadi yang terendah sejak Februari tahun lalu.

Inflasi Tahunan Indonesia (Sumber: BPS, Bloomberg)

Pelambatan laju inflasi secara tahunan terjadi karena efek kenaikan harga BBM tahun lalu rasanya sudah selesai. Pada 3 September tahun lalu, pemerintah menaikkan harga BBM, termasuk yang bersubsidi yaitu Pertalite. Kala itu, harga Pertalite, yang dikonsumsi 79% pengguna kendaraan bermotor, naik dari Rp 76.50/liter menjadi Rp 10.000/liter.

Setahun berlalu, harga Pertalite belum naik lagi. Ini yang kemudian membuat laju inflasi tahunan terus melambat.

“Laju inflasi terus melambat dan saat ini sudah berada di kisaran target 2-4%. Kami meyakini bahwa inflasi masih akan melambat dan terus berada di target tersebut sepanjang 2023,” tulis Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri, dalam risetnya.

Akan tetapi, tambah Faisal, bukan berarti tidak ada risiko. Faktor krusial dalam pengendalian inflasi adalah ancaman El Nino yang bisa membuat harga pangan naik dan tren lonjakan harga minyak dunia.

Inflasi Inti Lemah, Cerminkan Daya Beli

Sementara inflasi inti juga diperkirakan melambat. Konsensus Bloomberg menghasilkan angka media proyeksi inflasi inti September di 2,07% yoy.

Jika terwujud, maka terjadi perlambatan dibandingkan Agustus yang 2,18% yoy. Inflasi inti di 2,07% yoy juga akan menjadi yang terendah sejak Februari 2022.

Inflasi Inti Indonesia (Sumber: BPS, Bloomberg)

“Inflasi inti yang rendah, lebih rendah dari inflasi umum, disebabkan oleh penurunan harga berbagai barang dan jasa seperti perlengkapan rumah tangga (sabun cuci piring, air minum dalam kemasan, dan obat kumur), elektronik (pendingin ruangan, telepon seluler, televisi, komputer jinjing), dan pakaian (tas, sandal, kacamata). Ini bisa jadi disebabkan oleh pelemahan permintaan atau daya beli,” sambung Satria.

(aji)

No more pages