Logo Bloomberg Technoz

Andry tidak memproyeksikan potensi kenaikan harga BBM bersubsidi —seperti Pertalite dan Bisolar— akibat anomali harga minyak dunia, yang dipengaruhi gangguan pasokan akibat kebijakan OPEC+ dan larangan ekspor Rusia. 

Ilustrasi SPBU Pertmina. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Inflasi Sektor Transportasi

Kenaikan harga BBM nonsubsidi tersebut, lanjutnya, terefleksi dalam perkiraan inflasi September 2023; khususnya dari sektor transportasi yang diyakini bakal lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya.

Menurut perkiraan Bank Mandiri, inflasi sektor transportasi —yang sebagian besar disumbang oleh harga bahan bakar— pada bulan kesembilan tahun ini akan mencapai 1,1%, melambung secara month to month (mtm) dari -0,02% pada Agustus. 

Sebagai perbandingan, inflasi komponen bergejolak atau volatile food diproyeksi mencapai 0,3% naik dari 0,1% pada Agustus, sedangkan makanan dan minuman atau food and beverage (F&B) -0,22% dari bulan sebelumnya -0,25%.  

Sementara itu, pertumbuhan headline inflation pada September diestimasikan mencapai 2,25% secara year on year (yoy), turun dari pertumbuhan tahunan pada bulan sebelumnya di level 3,27%.

Namun, secara bulanan atau mtm, pertumbuhan headline inflation pada September tahun ini diproyeksi mencapai 0,17% atau lebih tinggi dari bulan lalu yang -0,02%. Di sisi lain, inflasi inti diperkirakan mencapai 2,01% yoy alias turun tipis dari bulan sebelumnya 2,18%. 

Grafik harga minyak. (Sumber: Bloomberg)

Kenaikan harga minyak dunia menjadi krusial bagi pergerakan harga bahan bakar di Indonesia, selaku importir besar BBM. Menyitir data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), RI mengimpor 27,86 juta kl BBM pada 2022, melonjak dari 18,9 juta kl pada 2021 dan 24,73 juta kl pada 2019. 

Impor BBM RON 90 atau setara dengan Pertalite pada 2022 menembus 15,11 juta kl alias meroket 86% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebanyak 8,14 juta kl. Adapun, impor solar tahun lalu mencapai 5,27 juta kl, melesat 65% dari tahun sebelumnya sejumlah 3,19 juta kl. 

Harga minyak mentah atau crude tercatat konsisten merangkak naik dalam kurun sebulan terakhir. Penurunan tipis terjadi sesekali, tetapi harga secara agregat masih bertahan di level stabil tinggi atau di atas US$90/barel.

West Texas Intermediate (WTI) per hari ini, Jumat (29/9/2023), berada di US$91,73/barel, atau turun sekitar 1,50% dibandingkan dengan hari sebelumnya, yang sempat menyentuh di US$94,9/barel.

Meski demikian, selama sebulan terakhir, harga minyak WTI tercatat merangkak naik hingga 13,91%.

Brent hari ini juga mengalami penurunan. Jumat pagi, harga minyak jenis Brent berada di level US$92,97/barel. Jatuh 1,49% dari hari sebelumnya.

Namun dalam sepekan terakhir, harga Brent masih membukukan kenaikan 1,96% secara point to point (ptp). Selama sebulan ke belakang, harga melonjak 12,04%.

(wdh)

No more pages