Zoe Schneeweiss - Bloomberg News -
Bloomberg, Para pemegang kebijakan di Amerika Serikat dan Zona Euro mungkin telah menaikkan bunga acuan mereka semaksimal mungkin -untuk menjinakkan inflasi- tanpa menimbulkan kerugian yang tidak perlu pada perekonomian mereka, menurut kuartet ekonom perempuan terkemuka.
Namun, para pengambil kebijakan moneter di negara-negara kawasan utama sebaiknya kini memilih sikap bersabar.
Profesor Universitas Chicago Veronica Guerrieri, Kepala Ekonom Societe Generale Michala Marcussen, mantan pejabat Bank Sentral Eropa Lucrezia Reichlin dan mantan pembuat kebijakan Bank of England Silvana Tenreyro menganjurkan “kesabaran” – bahkan jika itu berarti membiarkan adanya serangan inflasi jangka pendek.
“Jika kita mempertimbangkan besarnya guncangan pasokan yang harus diserap oleh perekonomian dan fakta bahwa kebijakan moneter berjalan dengan jeda yang signifikan, pengamatan ini menunjukkan bahwa manfaat dari pengetatan lebih lanjut akan kecil, bila dibandingkan dengan risikonya,” demikian seperti ditulis oleh empat ekonomo tersebut dalam makalah yang diterbitkan Kamis, (28/9/2023). “Hal ini terutama berlaku untuk kawasan euro.”
Laporan mereka yang berjudul Laporan Jenewa tentang Ekonomi Dunia menyoroti bahwa disinflasi sedang berlangsung, indeks yang mengukur tingkat ekspektasi inflasi jangka panjang masih tetap terjaga, dan tabungan rumah tangga yang terakumulasi selama pandemi telah terkikis.
Penilaian tersebut tidak secara spesifik mengomentari pernyataan Federal Reserve yang baru-baru ini menegaskan stance kebijakan “bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama”, namun hal ini mendukung penghentian kebijakan nan agresif agar kenaikan suku bunga yang telah dilakukan sebelumnya mulai bekerja dan memperlihatkan efek.
“Ketika kita melakukan kebijakan moneter untuk melawan inflasi, kita harus berhati-hati dan ingat bahwa menerima tingkat inflasi jangka pendek mungkin merupakan biaya yang diperlukan untuk memungkinkan pergerakan harga relatif yang membantu memperoleh alokasi sumber daya yang lebih baik,” argumen mereka.
“Efek tertunda dari pengetatan kebijakan moneter belum berdampak pada perekonomian.”
(bbn)