Ini adalah skenario yang ia antisipasi akan mendorong penurunan 3% dalam Indeks Dolar Bloomberg Spot Index pada akhir tahun. Indeks ini naik untuk hari keenam berturut-turut pada Rabu (27/09/2023) menyentuh level tertinggi sejak Desember. Kekuatan tersebut, yang dipicu oleh kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve dan kinerja ekonomi AS yang lebih baik daripada negara lainnya.
Menurut Juckes, setiap permintaan untuk safe haven di tengah penutupan pemerintahan AS akan membantu dolar untuk menguat sementara.
"Shutdown sepertinya akan membuat dolar kuat, tetapi sebenarnya pada akhirnya akan membuat dolar lemah, karena pemerintah harus mundur dari berlimpahnya fiskal," katanya. "Kebijakan fiskal inilah yang menyediakan uang yang telah membuat ekonomi AS tumbuh lebih lama daripada yang lain."
Analisis Juckes ini perlu diperhatikan oleh pelaku pasar di Indonesia, karena nilai tukar rupiah sangat sensitif terhadap pergerakan dolar AS. Jika dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya, maka rupiah cenderung menguat. Sebaliknya, jika dolar AS menguat, maka rupiah cenderung melemah.
(bbn)