Sementara nilai dana untuk JETP cukup fantastis yakni sekitar US$20 miliar atau setara dengan lebih dari Rp312 triliun untuk kurs pada saat ini. Sementara ADB diminta pemerintah Indonesia untuk membantu pembentukan sekretariat JETP tersebut.
Namun demikian kata Andrew, hal-hal teknis sudah makin dimatangkan sehingga kebijakan dan aplikasi transisi energi tersebut diharapkan akan bisa disegerakan.
"Tapi saat ini kita melihat main dekat ya, bagaimana, apa yang kita lakukan pada saat itu? Mungkin di sini, di JETP ini, formatnya, idenya adalah kita mencoba menggabungkan berbagai elemen yang kita anggap krusial dalam transisi energi," ujarnya.
Dia menjelaskan, ada tiga hal yang perlu disiapkan. Pertama, soal teknis tentang target dan proyek-proyek yang harus dilakukan. Kedua, kebijakan dan regulasi. Dalam hal ini kata ADB harus jelas dan jangan sampai kebijakan membingungkan. Ketiga, pendanaan atau financing.
"Ini yang juga dari tadi sekitar US$20 billion, US$10 miliar dari sovereign dan US$10 miliar lagi itu dari pihak pendana swasta. Jadi ada angka yang sangat besar namun bagaimana kita me-matching-kan target pathway yang sudah ada," tutupnya.
(ezr)