Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Rabu (27/9/2023), dibuka melemah. Pada pukul 9.05, indeks kehilangan 3,85 poin atau setara dengan 0,06% ke level 6.919. Namun jelang penutupan sesi I indeks mengalami pembalikan arah menuju posisi 6.935,74 atau meningkat terbatas 0,17%.

Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia, volume perdagangan tercatat 947 juta saham dengan nilai transaksi Rp527 miliar. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 79.937 kali.

Sebanyak 181 saham menguat dan 161 saham melemah. Sementara, 220 saham tidak bergerak.

Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Tekanan datang dari aksi jual di pasar obligasi Amerika Serikat yang sudah memasuki minggu ke-empat dan terus menguatnya nilai tukar mata uang USD (yang diukur dengan Dollar Index) ke level tertinggi tahun ini, menjadikan merosotnya nilai tukar rupiah ke posisi terlemah rupiah sejak 11 Januari 2023 kemarin, atau dalam 8 bulan terakhir.

Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, indeks S&P 500 mencatatkan penurunan mingguan terburuk sejak bulan Maret sementara imbal hasil (Yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun naik 10 bps menjadi 4,55%, tertinggi sejak 2007.

“Ke depan, investors akan sibuk mencerna rilis data ekonomi AS dan komentar pejabat tinggi Bank Sentral AS (Federal Reserve) sepanjang minggu ini untuk mencari kejelasan mengenai jalur pergerakan suku bunga acuan,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Gubernur Federal Reserve Bank of Minneapolis Neel Kashkari menyatakan, Bank Sentral memperkirakan masih membutuhkan kenaikan suku bunga acuan satu kali lagi tahun ini dan mempertahankan kebijakan pengetatan moneter dalam waktu yang lama, sejurus dengan perekonomian AS yang lebih tangguh daripada perkiraan semula.

"Bila perekonomian secara fundamental lebih kuat ketimbang yang kita sadari, suku bunga acuan perlu lebih tinggi dan dipertahankan tinggi lebih lama untuk mendinginkannya," kata Kashkari kala berbicara di Wharton School University of Pennsylvania.

Para pejabat The Fed mengakui bila ada kejutan melihat ketangguhan perekonomian AS sejauh ini. Bank Sentral akan terus melanjutkan upaya untuk menurunkan inflasi hingga ke target 2%.

(fad)

No more pages