Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, indeks S&P 500 mencatatkan penurunan mingguan terburuk sejak bulan Maret sementara imbal hasil (Yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun naik 10 bps menjadi 4,55%, tertinggi sejak 2007.
“Ke depan, investors akan sibuk mencerna rilis data ekonomi AS dan komentar pejabat tinggi Bank Sentral AS (Federal Reserve) sepanjang minggu ini untuk mencari kejelasan mengenai jalur pergerakan suku bunga acuan,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Gubernur Federal Reserve Bank of Minneapolis Neel Kashkari menyatakan, Bank Sentral memperkirakan masih membutuhkan kenaikan suku bunga acuan satu kali lagi tahun ini dan mempertahankan kebijakan pengetatan moneter dalam waktu yang lama, sejurus dengan perekonomian AS yang lebih tangguh daripada perkiraan semula.
"Bila perekonomian secara fundamental lebih kuat ketimbang yang kita sadari, suku bunga acuan perlu lebih tinggi dan dipertahankan tinggi lebih lama untuk mendinginkannya," kata Kashkari kala berbicara di Wharton School University of Pennsylvania.
Para pejabat The Fed mengakui bila ada kejutan melihat ketangguhan perekonomian AS sejauh ini. Bank Sentral akan terus melanjutkan upaya untuk menurunkan inflasi hingga ke target 2%.
Sentimen negatif juga datang dari agen pemeringkat Moody’s Investor Service yang memberi peringatan keras bahwa penghentian aktivitas Pemerintah AS (Government Shutdown) akan mencederai rating utang Pemerintah AS.
Pelayanan masyarakat luas oleh Pemerintah AS dan ratusan ribu ASN tidak akan menerima gaji jika Kongres AS gagal menyediakan pendanaan untuk tahun fiskal yang di mulai tanggal 1 Oktober.
Kemudian dari regional, Yield surat utang Pemerintah Jepang (JGB) bertenor 10 tahun naik 2 bps menjadi 0,745% karena investor masih menimbang probabilitas penyesuaian kebijakan dalam waktu dekat oleh Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ).
BOJ pada hari Jumat kemarin mempertahankan kebijakan moneter super longgar dan menyuarakan nada yang ramah (Dovish), bertolak belakang dengan The Fed yang memperkuat sikap tegasnya pada pertemuan kebijakan mereka minggu lalu.
Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data Indeks Sentimen Konsumen (Composite Consumer Sentiment Index/CCSI) Korea Selatan yang turun ke level 99,7 di bulan Agustus, terendah sejak bulan Mei dari level 103,1 di bulan sebelumnya di tengah perlambatan ekonomi, anjloknya ekspor, dan melemahnya daya beli.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 1% ke 6.923 dan masih didominasi dengan munculnya volume penjualan, koreksi IHSG pun menembus MA-20 namun masih tertahan oleh Lower Band.
“Diperkirakan, posisi IHSG saat ini sudah berada di awal wave (ii) dari wave [iii], sehingga diperkirakan IHSG akan menembus area support di 6.900 dan akan menuju ke rentang 6.747–6.861,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (27/9/2023).
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, ADRO, ANTM, MAPI dan NCKL.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi bergerak melanjutkan pelemahan di rentang 6.900–6.950 pada Rabu (27/9)
“IHSG diperkirakan melanjutkan pelemahan di rentang 6.900-6.950 pada Rabu (27/9). Pelemahan ini diikuti terbentuknya death cross di overbought area pada Stochastic RSI dan divalidasi dengan death cross pada MACD dan M-A20 (6.970) break low. Kondisi tersebut memperkuat indikasi pelemahan lanjutan,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan Speculative Buy untuk saham-saham MTEL, MIDI, dan ACES, serta Trading Buy untuk TLKM, ASII, AMRT, dan EMTK.
(fad)