Menurut Faisal, pertumbuhan impor pada 2023 akan terlihat melemah dibanding tahun lalu karena faktor harga minyak yang lebih murah dan antisipasi penurunan ekspor. Maklum, sebagian bahan baku untuk memproduksi barang ekspor, juga diperoleh dari pasar luar negeri.
Pada Januari 2023, surplus perdagangan diprediksi menurun jadi US$ 3,43 miliar, dari posisi US$ 3,89 miliar pada Desember 2022.
Pertumbuhan ekspor tahunan pada Januari lalu diperkirakan masih akan menguat di tengah efek larangan ekspor batubara tahun lalu. Ekspor pada Januari lalu diperkirakan terkontraksi hingga minus 10,87% month-on-month, terimbas penurunan harga batubara.
Permintaan komoditas di pasar global masih lemah terindikasi dari Baltic Index Dry yang rendah. Sedangkan secara tahunan, kinerja ekspor diprediksi masih mencatat ekspansi sebesar 10,76%, dibandingkan 6,6% pada Desember 2022. Sedangkan laju impor diperkirakan terkontraksi sebesar minus 10,36% secara bulanan dan turun 2,23% secara tahunan.
(rui)