Harga dan sewa properti di Uni Emirat Arab juga terdongkrak para bankir berkantong tebal yang menghindari kebijakan lockdown di negara mereka, umumnya dari Asia. Para investor dari Israel, jutawan kripto dan eksekutif-eksekutif dari lembaga hedge fund terkemuka, juga menyerbu properti di Dubai. Terutama setelah Dubai melonggarkan pembatasan sosial dan meliberalisasi undang-undang demi memperkuat posisinya sebagai pusat bisnis utama di kawasan.
Dalam laporan yang diterbitkan Senin (16/1), Konsultan Properti Knight Frank mengatakan Dubai juga memecahkan rekor penjualan 219 unit residensial ultra prima, yakni jenis properti senilai minimal US$ 10 juta per unit, pada 2022. Angka penjualan itu naik dua kali lipat dibanding 2021. Sejauh ini, sektor real estate menyumbang sepertiga perekonomian Dubai.
Selain pembeli dari negara-negara di atas, pembeli dari China tadinya mendominasi di lima besar pemburu properti Dubai. Namun, akibat kebijakan lockdown ketat tahun lalu, angka pembelian dari orang China menurun. Tahun ini, pembeli dari China diperkirakan akan kembali membludak seiring pelonggaran pengetatan Covid-19 di sana.
“Dubai kemungkinan akan terus menarik bagi para pembeli dan investor baru,” tambah Richard Waind, Direktur Pelaksana Betterhomes.
(rui/adm)