Logo Bloomberg Technoz

Sementara indeks saham LQ45 yang berisikan saham-saham unggulan juga tercatat di zona merah, dengan penurunan 10,21 poin (1,06%) ke posisi 952,39.

Saham-saham LQ45 yang tercatat melemah harganya adalah PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) turun 125 poin (7,62%) ke posisi Rp1.515/saham, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) melemah 180 poin (6,10%) ke posisi Rp2.770/saham, dan PT Indika Energy Tbk (INDY) kehilangan 120 poin (5,17%) ke posisi Rp2.200/saham.

Hari ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi meluncurkan bursa karbon pertama di Indonesia. Sejumlah transaksi tercatat dalam bursa yang memperdagangkan emisi karbon tersebut. Dalam peluncuran perdananya, ada 13 transaksi, dengan jumlah volume transaksi 459.914 ton karbondioksida ekuivalen (tCO2e).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut Indonesia memiliki potensi bursa karbon yang sangat besar. Nilai kredit karbon yang bisa dijual bahkan bisa mencapai Rp3.000 triliun.

"Nilainya bisa Rp3.000 triliun, atau bahkan lebih," ujar Jokowi dalam kegiatan peresmian Bursa Karbon Indonesia di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin.

Menariknya, unit karbon dari PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menjadi yang pertama diperdagangkan di bursa karbon pertama di Indonesia ini. Satu unit karbon dihargai US$4,51 atau setara Rp69.900. Artinya, nilai transaksi perdagangan karbon perdana ini mencapai sekitar Rp32,02 miliar.

Meski demikian, pergerakan saham PGEO tidak sejalan dengan positifnya laju di IDXCarbon. Hingga penutupan perdagangan, saham PGEO justru kehilangan 120 poin atau setara 7,47% ke level Rp1.485/saham.

Untuk pasar saham Asia kompak bergerak melemah pada sore hari ini. Indeks Hang Seng Hong Kong drop 1,48%, indeks Kospi anjlok 1,31%, indeks Nikkei 225 melesat melemah 1,11%, indeks Shanghai terdepresiasi 0,43% dan indeks Strait Times Singapore turun 0,01%. Sementara itu Dow Jones Index Future turun 0,43%.

Sentimen negatif utamanya datang dari regional, seperti yang diwartakan Bloomberg News, investor berbondong-bodong menarik dana dari produk Exchange-Traded Fund (ETF) dengan eksposur indek saham-saham China. Krisis properti yang berlarut-larut menjadi pemicu penarikan dana tersebut.

Total dana yang ditarik mencapai US$180 juta atau setara dengan Rp2,78 triliun dari ETF yang diterbitkan di pasar keuangan Amerika Serikat (AS) dengan eksposur saham-saham China dalam sepekan yang berakhir pada 22 September. Ini menambah jumlah arus keluar dana dari seluruh pasar negar berkembang, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Investor telah menarik modal investasi dari iShares MSCI China ETF selama lima dari enam minggu terakhir, menandakan meningkatnya kecemasan atas prospek China.

"Ada pandangan dari beberapa orang di pasar bahwa China tidak dapat diinvestasikan," kata Reggie Browne, seorang prinsipal di perusahaan perdagangan GTS.

Lantaran Evergrande Group terjadi gagal bayar obligasi Yuan, yang menambah drama ketidakpastian baru bagi masa depan pengembang tersebut dan memperdalam kekhawatiran tentang sektor properti China. Serta para mantan bos di raksasa properti yang gagal bayar itu juga telah ditahan, menurut laporan Caixin.

Selain itu, ada pula Oceanwide Holdings Ltd. yang sedang menghadapi likuidasi. Sedangkan Country Garden Holdings Co. yang masih berusaha menghindari potensi gagal bayar.

(fad)

No more pages