Meskipun penyebab dari penurunan ini cukup rumit dan belum sepenuhnya dipahami, ilmuwan meyakini perubahan iklim berperan. Penurunan berkelanjutan es laut dapat memperburuk efek pemanasan. Karena semakin sedikit es berarti semakin sedikit pula sinar matahari yang dipantulkan kembali ke luar angkasa.
Para ilmuwan yang mempelajari Antartika mencatat beberapa bulan yang lalu bahwa es mengalami kesulitan untuk tumbuh kembali dari titik terendahnya pada bulan Februari, yang merupakan penyimpangan tajam dari pola biasanya.
"Tiga atau empat bulan terakhir ini tidak ada yang seperti yang pernah kita lihat sebelumnya, atau yang akan kita harapkan," kata Cecilia Bitz, seorang ilmuwan iklim yang ahli dalam es laut di University of Washington. "Ini menunjukkan kepada saya bahwa perubahan iklim yang kita lihat berada di luar kisaran pengalaman kita dan tidak dapat dijelaskan oleh variasi alami."
Jika cakupan es laut yang lebih rendah dari biasanya terus berlanjut, lebih banyak garis pantai akan terpapar oleh gelombang laut. NSIDC mengatakan efeknya belum jelas.
Para ilmuwan memiliki berbagai macam gagasan tentang bagaimana es laut dan lautan berinteraksi di Antartika. Tetapi Bitz mengatakan sebagian besar bersifat teoritis dan memerlukan penelitian lebih lanjut.
Musim Panas di Arktik
Di Antartika, es laut biasanya menutupi hamparan luas samudra pada suatu saat di bulan September. Setelah itu, es laut mulai meleleh perlahan selama musim panas di belahan bumi selatan, dengan luas perairan paling terbuka biasanya terlihat pada awal Maret. Prosesnya sama di Arktik, meskipun bulan-bulan musim dingin-musim panas dibalik.
Pusat penelitian tersebut juga merilis perkiraan cakupan es laut musim panas terbaru di belahan bumi lain. Mereka menunjukkan bahwa es laut hanya meliputi 4,23 juta kilometer persegi dari Laut Arktik pada titik terendahnya musim panas ini. Angka ini merupakan yang keenam terendah yang tercatat, dan 17 angka terendah semuanya terjadi dalam 17 tahun terakhir.
"Para ilmuwan tertarik untuk memahami mengapa pada tahun tertentu es laut muncul lebih banyak atau lebih sedikit. Meskipun tren multi-dekade jelas menunjukkan penurunan," kata Flavio Lehner, seorang profesor asisten ilmu bumi dan atmosfer di Cornell University yang juga merupakan ilmuwan iklim utama untuk Polar Bears International.
"Apakah karena suhu udara lebih hangat, karena pola cuaca tertentu membawa lebih banyak udara hangat?" katanya. "Apakah itu karena lautan mengangkut lebih banyak air hangat ke Arktik? Apakah itu karena badai besar yang memecah es laut dan membuatnya lebih mudah terbuang dari Arktik dan meleleh? Ada cerita yang berbeda untuk setiap tahun minimum es laut yang membantu kami memahami kerentanannya."
Variasi ini dapat memberi dampak signifikan terhadap mereka yang tinggal di wilayah tersebut. Mulai dari masyarakat adat hingga hewan darat dan laut, juga flora dan fauna terkecil. Dalam kasus beruang kutub, misalnya, pembekuan lebih awal di suatu daerah bisa berarti musim berburu datang lebih awal. Sementara musim es yang lebih panjang mungkin mendorong migrasi beruang dari daerah lain. Menurut Lehner, memahami variasi dan cara hewan meresponsnya adalah kunci keberhasilan konservasi.
"Jika kita menetapkan sesuatu, seperti taman nasional atau suaka laut, tetapi perubahan iklim membuatnya tidak lagi dapat dihuni oleh spesies yang ingin kita lindungi, maka itu akan menjadi masalah," katanya. "Ini sebagian besar tentang menggali sebanyak mungkin data yang kami bisa untuk mempersiapkan diri."
(bbn)