Bloomberg Technoz, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok. Pada pukul 15.20, IHSG terkoreksi 70,85 poin atau setara sekitar 1,01% ke level 6.927,52.
Transaksi terpantau cukup ramai, dengan nilai transaksi mencapai Rp9,43 triliun dan volume sebesar 22,17 miliar saham. Adapun frekuensi yang terjadi sebanyak 1,2 juta kali.

Hanya ada 155 saham yang menguat. Sedang 412 saham melemah dan 186 saham lainnya tidak bergerak.
Koreksi tajam IHSG terjadi bersamaan dengan merosotnya nilai tukar rupiah yang tembus Rp15.500/US$ terseret aksi jual yang tinggi di pasar surat utang.
Jebloknya nilai rupiah memicu kenaikan premi risiko investasi Indonesia dengan posisi credit default swap menyentuh titik tertinggi sejak Mei 2023.
Adapun di pasar spot, pairing USD/IDR menyentuh level Rp15.498/US$, mengantar rupiah melemah nyaris 100 bps sampai pukul 14:46 WIB, pada Selasa (26/9/2023).
Level itu menjadi posisi terlemah rupiah sejak 11 Januari 2023 kemarin, atau 8 bulan terakhir. Tekanan terhadap nilai tukar bersumber dari aksi jual yang berlangsung semakin massif terutama di pasar surat utang.
Yield atau imbal hasil SBN semua tenor terpantau melesat naik mengindikasikan ada aksi jual yang berlangsung konsisten dipimpin oleh kenaikan yield SBN tenor pendek hingga 8,4 bps menembus 6,18%, disusul tenor 15 tahun yang naik 7,7 bps menyentuh 6,96%.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, asing melepas Rp2,75 triliun SBN pada Senin kemarin menjadikan posisi kepemilikan nonresiden saat ini di kisaran Rp833,5 triliun. Posisi itu menjadi yang terendah sejak awal Juni lalu.
Sementara premi risiko investasi Indonesia menanjak ke level 92,39, tertinggi sejak Mei 2023.
(fad)