Bloomberg Technoz, Jakarta - Di tengah gejolak pasar modal yang tengah tinggi seperti saat ini dan memicu aksi jual di pasar surat utang di seluruh dunia, lelang sukuk negara (SBSN) mencatat kelesuan animo investor, seperti prediksi.
Nilai permintaan masuk dalam lelang SBSN yang digelar pemerintah hari ini tercatat sebesar Rp27,8 triliun, lebih rendah dibandingkan nilai incoming bids dalam lelang sukuk sebelumnya yang mencapai lebih dari Rp30 triliun.
Permintaan imbal hasil yang masuk juga jauh lebih tinggi, sejurus dengan yield SBN benchmark di pasar yang tengah melesat naik hari ini. Sebagai gambaran, untuk seri PBS036 yang memiliki maturity date 2025, mencatat yield tertinggi yang diminta di kisaran 6,65%. Jauh di atas permintaan dalam lelang sebelumnya di rentang 6,5%.
Seri tenor pendek itu juga mencatat animo terbesar dengan membukukan incoming bids Rp14,79 triliun. Pemerintah akhirnya memenangkan Rp7,83 triliun dengan yield rata-rata di 6,239%, naik dibandingkan yield rata-rata lelang sebelumnya sebesar 6,210% untuk seri yang sama.
Seri PBS037 yang jatuh tempo 2036 juga dimenangkan di yield lebih mahal yaitu 6,733%, sementara pada lelang sebelumnya weighting average yield (WAY) berada di 6,628%. Seri ini mencatatkan permintaan Rp4,85 triliun dan diserap sebesar Rp150 miliar saja.
Sedangkan seri PBS033 yang jatuh tempo tahun 2047, dimenangkan hanya Rp20 miliar dari permintaan sebesar Rp2,2 triliun, mencatat WAY di 6,855%, lebih tinggi dibanding lelang terakhir di kisaran 6,748%.
Pemerintah menyerap permintaan masuk melampaui target indikatif yakni dari Rp6 triliun menjadi Rp8 triliun atau lebih tinggi 33%. Hanya ada tiga seri yang dimenangkan, sementara seri SPN-S yang mencatat permintaan lebih dari Rp2 triliun, juga PBS003 dan PBSG001 tidak ada yang dimenangkan.
Tidak mengagetkan bila peserta lelang meminta yield lebih tinggi ketimbang lelang sebelumnya mengingat situasi pasar yang tengah bergejolak melesatkan tingkat imbal hasil surat berharga negara di pasar sekunder.
Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa pemerintah memutuskan menerbitkan sukuk dalam nilai yang lebih tinggi ketimbang yang ditargetkan di kala permintaan yield tengah naik dan berisiko mengerek biaya pembiayaan utang APBN?
Dalam pengumuman hasil lelang, pemerintah menyatakan keputusan nilai emisi yang lebih tinggi daripada target indikatif, ditempuh sesuai kewenangan yang diberikan oleh UU Nomor 19/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
Bloomberg Technoz telah melayangkan konfirmasi kepada Direktur Pembiayaan Syariah Kementerian Keuangan Dwi Irianti Hadiningdyah. Namun, sampai tulisan ini dipublikasikan, tanggapan belum diberikan.
Dalam kesempatan sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan, sampai akhir Agustus, realisasi pembiayaan utang adalah Rp198 triliun. Berkurang 40,4% dari Agustus tahun lalu.
"Terjadi penurunan sangat tajam. Penerbitan SBN (Surat Berharga Negara) neto turun 42,3%, turun tajam dari sisi issuance SBN," tegasnya.
Per akhir Agustus, penerbitan SBN neto tercatat Rp183 triliun. Angka ini 25,3% dari target APBN, baru sekitar seperempat.
(rui/aji)