Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg News

Bloomberg, Menurut survei terbaru, semakin banyak wisatawan China menunda rencana perjalanan ke luar negeri akibat ketidakpastian ekonomi di negara tersebut. Hal ini dapat menjadi kabar buruk bagi negara-negara yang bergantung pada China sebagai salah satu sumber wisatawan terbesar di dunia.

Survei yang dilakukan oleh konsultan Oliver Wyman pada bulan September menemukan bahwa 54% dari responden berencana melakukan perjalanan ke luar negeri pada 2023. Angka tersebut turun dari hasil survei yang diambil pada bulan Juni yang menunjukkan angka 62%. Survei dilakukan terhadap wisatawan yang semuanya berpengalaman, yang pernah bepergian ke luar negeri sebelum pandemi menutup perbatasan China. 

Sementara itu sebanyak 22% mengatakan mereka tidak memiliki rencana untuk bepergian ke luar negeri dalam tiga tahun mendatang. Angka tersebut naik dari hasil survei yang diambil pada bulan Juni sebanyak 6%.

Grafik perbandingan keinginan wisatawan China bepergian ke luar negeri. (Sumber: Bloomberg)

Responden dalam survei ini harus memiliki penghasilan rumah tangga minimal sebesar 30.000 yuan atau setara Rp63,6 juta, yang mewakili kelas menengah negara tersebut. Kelas ini diharapkan dapat menjadi salah satu penggerak utama dalam mendukung pemulihan konsumsi China pasca-pandemi Covid-19. 

Meskipun pengeluaran untuk layanan berbasis pengalaman seperti perjalanan dan makan di luar tetap kuat tahun ini, muncul pertanyaan tentang apakah hal tersebut bisa berkelanjutan.

"Meskipun para pelancong China kembali, ternyata membutuhkan waktu lebih lama daripada yang kami harapkan setelah perbatasan dibuka kembali," kata Imke Wouters, seorang mitra Oliver Wyman yang memimpin penelitian ini.

Survei tersebut juga menunjukkan bahwa 32% dari responden mengatakan kemauan mereka untuk bepergian ke luar negeri telah berkurang akibat situasi ekonomi saat ini dan situasi politik. Sementara hanya 19% yang mengatakan bahwa mereka lebih cenderung ingin melakukan perjalanan internasional.

Sementara itu, minat untuk melakukan perjalanan di dalam negeri tetap tinggi. Dengan 35% mengatakan bahwa mereka lebih cenderung untuk melakukan perjalanan di China, sedangkan hanya 14% yang kurang cenderung.

Perekonomian China mengalami pertumbuhan pada bulan Agustus karena lonjakan perjalanan musim panas dan stimulus yang mendorong pengeluaran konsumen dan produksi pabrik. Hal ini menambahkan tanda-tanda awal stabilisasi. Akan tetapi, liburan Golden Week yang akan datang selama 8 hari akan menjadi tes lain untuk melihat apakah upaya baru-baru ini dari Beijing untuk mendukung perekonomian mulai membuahkan hasil.

Lebih dari 21 juta orang diperkirakan akan melakukan penerbangan selama hari libur, yang dimulai dari Jumat. Hal ini akan membuat harga tiket pesawat naik. Tempat-tempat wisata dalam negeri dan destinasi Asia jarak pendek seperti Thailand, Jepang, dan Korea termasuk dalam pilihan utama.

Dan ini tidak hanya berlaku untuk perjalanan. Kekhawatiran kelas menengah terhadap perekonomian juga dapat tercermin dalam pengeluaran mereka untuk barang-barang mewah. Dari pembeli barang mewah biasa yang disurvei oleh Oliver Wyman — mereka yang menghabiskan kurang dari 40.000 yuan tahun ini — 16% diperkirakan akan meningkatkan pengeluaran mereka untuk barang mewah. Sementara sekitar 30% mempertimbangkan untuk menguranginya.

Pembeli dalam jumlah besar, yaitu mereka yang menghabiskan lebih dari 40.000 yuan, tetap lebih kuat dan optimis.

(bbn)

No more pages