Logo Bloomberg Technoz

"Perbankan memang lebih siap karena mereka ingin menarik investor dan concern terhadap ESG. sebenarnya tidak aneh kalau berkaca negeri jiran, ketika bursa Malaysia menawarkan bursa karbon pertama kali, 7 dari 14 user (pembeli) mereka itu perbankan,” kata Iman dalam Konferensi Pers Peluncuran Bursa Karbon, Selasa (26/9/2023).

Selain itu, kata Iman, pembelian unit karbon bagi industri perbankan sudah cukup familiar dilakukan di tingkat regional sekaligus menjadi dukungan untuk mengurangi emisi karbon. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menambahkan, strategi bank bermacam-macam salah satunya untuk mendapatkan label bank hijau. Untuk mencapai hal itu, kriterianya adalah melakukan verifikasi dan membeli unit karbon yang ada. 

“Dalam hari ini saja ada beberapa bank memang inisiatif membeli dan bank berbau asing dari regionalnya beli hal tersebut,” kata Inarno.

Bank Asing

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bank asing turut menjadi salah satu pembeli karbon di IDXCarbon. Ini mencerminkan jika bank asing juga tak mau ketinggalan momentum bursa karbon di Indonesia.

Bank asing lainnya, seperti Citibank turut mengejar momen tersebut. Perusahaan, seperti dikutip dari media lokal, sedang mempersiapkan partisipasi dalam perdagangan karbon.

Caranya, menyiapkan departemen khusus untuk membantu proses jual beli karbon sesuai permintaan klien bank. Terlebih, klien Citibank sudah mulai bertanya dan menunjukkan antusiasmenya untuk membeli karbon di bursa karbon.

Meski begitu, perusahaan tidak mau terburu-buru membuka departemen tersebut. Manajemen masih perlu mempelajari lebih lanjut soal teknis perdagangan di bursa karbon.

Pinjaman 'Hijau'

Secara terpisah, Team Leader Blockchain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Nitia Rahmi mengungkapkan, tidak menutup kemungkinan bank penyaluran kredit di masa depan turut mempertimbangkan 'hijau' atau tidaknya perusahaan (debitur). Terlebih, tren penyaluran kredit bank di dunia menuju ke arah sana.

“Saat ini di Indonesia belum ada financing carbon project karena untuk penilaian risknya juga beda tapi ke arah sana ada. Kemarin juga ditunggu sama Otoritas Jasa Keuangan bilang BRI biar yang pertama karena belum ada bank lain karena risknya masih tinggi,” kata Nitia, dikutip, Selasa (26/9/2023).

Namun, masih ada langkah panjang yang perlu dilakukan sebelum menuju skema penyaluran kredit 'hijau' itu. Salah satunya adalah, adanya lembaga penilai proyek karbon.

BRI tengah menuju ke arah itu. Melalui PT Bringin Inti Teknologi (BIT), bank pelat merah ini memperkenalkan Carbon eXchange Rakyat (CXR). CXR merupakan platform yang bertujuan memfasilitasi dan mendemokratisasi perdagangan karbon, guna mengoptimalkan potensi pasar karbon di Indonesia.

CXR merupakan platform yang bertujuan memfasilitasi dan mendemokratisasi perdagangan karbon, guna mengoptimalkan potensi pasar karbon di Indonesia.

BIT mengembangkan CXR berfokus pada voluntary market, menggunakan teknologi berbasis blockchain guna memfasilitasi jual beli kredit karbon dengan aman, transparan, dan sustainable. CXR bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia terkait layanan finansial dan market insight. 

“Melalui CXR, kami ingin meningkatkan aksesibilitas pasar karbon agar baik korporasi hingga individu dapat secara kolektif berperan dalam membatasi kenaikan suhu global. Kami juga terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai partisipan pasar karbon domestik dan internasional,” terang Rudy S. Kartadidjaja, Direktur Utama PT Bringin Inti Teknolgi (BIT).

(mfd/dhf)

No more pages