Dengan demikian, nantinya proyek tersebut bisa mendapatkan pembiayaan yang lebih besar karena kredibilitasnya telah dijamin oleh pemerintah.
“Dengan penjaminan, sebetulnya salah satu cara leverage kalau kita menjamin, maka yang dijamin bisa memperoleh pembiayaan lebih besar. Dengan lebih besar, maka dia punya kapasitas untuk mengakselerasi berbagai target-target pembangunan,” ujarnya.
Menurutnya, ini salah satu cara pembiayaan kreatif dan inovatif, sebab melalui penjaminan dari APBN dengan beban yang kecil, proyek-proyek bisa mendapatkan pembiayaan yang lebih besar. Hal yang sama juga diterapkan ketika pemerintah memberikan penyertaan modal negara (PMN) kepada Bank Usaha Milik Negara (BUMN).
“Termasuk kalau kita kasih PMN ke BUMN, dikasih PMN, BUMN ekuitas naik dia bisa memperoleh pinjaman lebih besar. Dengan peminjaman yang lebih besar, dia bisa mendukung agenda pembangunan yg lebih besar,” ujarnya.
“Berbeda dengan cara belanja, kalau belanja Rp1 triliun, menghasilkan Rp1 triliun. Kalau ini dengan Rp1 triliun, kelipatannya bisa 3-10 kali lipat. Itu bagian strategi. Tapi bukan berarti harus dimainkan semua, tapi dengan hati-hati. Apakah kinerja keuangan, operasional dan kesiapan teknis semua sehat, kalau sehat silahkan dijalankan,” tutupnya.
(rui)