Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Fenomena guyonan pinjam dulu seratus ramai dibicarakan di media sosial. Di dunia nyata kata-kata tersebut bisa memutuskan tali silahturahmi.

Awal mula munculnya kata pinjam dulu seratus, berdasarkan cerita di media sosial yang dikontak oleh teman lama mereka. Bukanya menanyakan kabar, mereka malah meminjam uang.

Seperti yang dialami oleh Asep, pekerja berumur 32 tahun. Asep mengaku sering sekali mendapat pesan lewat WhatsApp ataupun Instagram dari teman-teman lama yang meminjam uang. 

“Bukannya nanya kabar, malah minjem duit. Nggak satu atau dua orang, banyak yang kaya gitu,” ujar Asep saat berbincang.

Menurut perencana keuangan Andya Hardianti, fenomena pinjam dulu seratus terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya karena kurangnya literasi keuangan. 

“Pertama karena kurangnya literasi keuangan: tidak mengerti mengenai cara mengelola keuangan secara efektif,” kata Anandya.

Faktor lain yang menyebabkan ialah pola hidup konsumtif. Kebiasaan yang buruk ini memperburuk keadaan keuangan individu.

“Pola hidup Konsumtif: Kebiasaan menghabiskan uang secara impulsif. Serta tidak Memiliki budgeting yang Jelas: Tanpa budgeting, sulit untuk mengontrol pengeluaran,” ujar Andya.

Lalu, faktor pengaruh lingkungan. Lingkungan di rumah maupun kantor masing-masing individu. Hal ini membuat orang gampang boros dan tak memikirkan kondisi keuangan mereka.

“Tekanan dari lingkungan sosial dapat mendorong seseorang untuk mengikuti gaya hidup konsumtif, tidak sesuai dengan kemampuan finansial mereka,” kata Andya.

Faktor terakhir adalah tidak memiliki tujuan keuangan yang jelas. “Tanpa tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang jelas, seseorang tidak akan punya  motivasi untuk mengelola keuangan dengan baik,” tambah Andya.

-- Dengan asistensi dari Krizia Putri Kinanti.

(spt)

No more pages