Toh, pemerintah masih percaya mengasumsikan the Fed akan memulai siklus penurunan bunga acuan pada semester II-2024 di mana itu diprediksi akan semakin melandaikan tingkat imbal hasil surat utang.
Sebagai informasi, the Fed dalam FOMC pekan lalu menyatakan perkiraan bunga acuan tahun depan akan ada di kisaran 5,1%, lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya yang dirilis Juni.
Sampai akhir Agustus, realisasi pembiayaan utang untuk APBN adalah Rp198 triliun. Berkurang 40,4% dari Agustus tahun lalu.
"Terjadi penurunan sangat tajam. Penerbitan SBN (Surat Berharga Negara) neto turun 42,3%, turun tajam dari sisi issuance SBN," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita edisi September 2023, pekan lalu.
Per akhir Agustus, penerbitan SBN neto tercatat Rp183 triliun. Angka ini 25,3% dari target APBN, baru sekitar seperempat.
Saat penerbitan dikurangi, maka harga SBN akan naik dan imbal hasil (yield) turun. Penurunan yield tentu akan menguntungkan pemerintah sebagai penerbit, karena biaya dana (cost of fund) akan berkurang sehingga beban fiskal tidak terlalu berat.
Sebaliknya dengan kini yield mulai kembali naik, itu bisa mengerek beban pembiayaan utang untuk APBN.
(dov)