Logo Bloomberg Technoz

The Fed Pangkas Bunga Tahun Depan, Yield SUN Bisa Turun

Dovana Hasiana
26 September 2023 13:00

Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Cianjur - Pasar modal di seluruh dunia hari ini menghadapi pergolakan yang memicu aksi jual surat utang dan saham akibat kecemasan menghadapi potensi higher for longer, kebijakan bunga tinggi dalam waktu lebih lama, oleh bank sentral Amerika Federal Reserve yang semakin menguat.

Imbal hasil surat utang Amerika, US Treasury kembali menyentuh level rekor tertinggi sejak 2007 di 4,53%, memantik aksi jual juga di pasar domestik dengan kenaikan yield SUN semua tenor. Indeks saham juga ikut merosot pada sesi 1 perdagangan hari ini.

Terus melesatnya tingkat imbal hasil surat utang bukan cuma berdampak jelek bagi kekuatan rupiah, karena kenaikan yield bisa semakin menggiring aksi jual pemodal. Di sisi lain, bagi pemerintah yang juga mencari pendanaan APBN melalui emisi atau penerbitan surat berharga juga menghadapi risiko kenaikan biaya pendanaan (cost of fund) karena harus memberikan imbal hasil lebih tinggi pada investor. 

"Yield [SBN] memang naik, tapi kami melihat tren masih rendah, masih di bawah asumsi yakni 6,4% [sedangkan] asumsi kita [APBN 2024] di 6,7%," kata Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Abdurrohman, dalam Media Gathering APBN 2024, di Puncak, Jawa Barat, Senin (25/9/2023). 

Berdasarkan pantauan Bloomberg Technoz, yield SUN 10 tahun yang menjadi basis asumsi makro APBN 2024 saat ini sudah naik 5,9 bps ke kisaran 6,78%.