Untuk komoditas beras, misalnya, biasanya ada lag time atau jeda waktu di mana perkiraannya puncak inflasi beras bakal meningkat 6-9 bulan ke depan. "Kemungkinan besar kita bisa melihat akan ada tren peningkatan inflasi di pertengahan tahun depan karena ada lag time untuk penyesuaian waktu dari puncak El Nino kepada inflasi pangan itu sendiri,” jelas Josua.
Ekonom menilai, pemerintah perlu memastikan pasokan dan stok pangan memadai agar bisa mengimbangi risiko lonjakan harga. Terutama untuk komoditas beras yang sejauh ini menjadi pangan utama masyarakat Indonesia.
Pemerintah sendiri mengakui urusan pasokan beras menjadi sangat krusial di tengah ancaman El Nino tahun ini dan dampaknya terhadap inflasi tahun depan. "Bobot beras bagi inflasi cukup besar mencapai 3,3% sehingga pemerintah berupaya untuk menjaga agar pasokan beras mencukupi kebutuhan dalam negeri," kata Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Abdurohman dalam kesempatan yang sama.
Pemerintah melalui tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) telah melakukan rapat koordinasi dengan Kementerian sejak awal tahun untuk mengantisipasi kenaikan harga beras dengan mengamankan stok cadangan beras pemerintah melalui Perum BULOG.
“Jadi memang kita sudah mendorong pemerintah untuk terus menaikan stok bulog terutama untuk menghadapi El Nino dan sekarang kita lihat stok bulog cukup memadai ya, bahkan sudah mencapai angka sekitar 1,6 juta,” ujar Abdurohman.
(dov/rui)