Li mengusulkan agar Beijing membuat mekanisme untuk meningkatkan pinjaman bank kepada pengembang properti guna mengurangi risiko penularan keuangan. Sekitar 100 miliar yuan (Rp211 triliun) mungkin dibutuhkan untuk melindungi pengembang melalui penurunan saat ini, menurut perkiraannya.
Li, yang merupakan seorang akademisi yang dikenal sering berkomentar tentang ekonomi China, adalah penasihat di PBOC dari 2010 hingga 2012.
Dia saat ini menjabat sebagai direktur Academic Center for Chinese Economic Practice and Thinking di Universitas Tsinghua di Beijing.
Bank-bank di China membatasi pinjaman ke sektor properti mengingat meningkatnya kesulitan keuangan dalam beberapa tahun terakhir. Setelah kebangkitan singkat di awal tahun, pinjaman untuk pengembangan properti telah turun setiap bulan sejak April, mencatat penurunan 25% year-on-year pada Agustus, demikian menurut perhitungan Bloomberg berdasarkan data dari biro statistik China.
"Beberapa pengembang kelebihan bobot di kota-kota lapis ketiga dan keempat, sehingga situasi keuangan mereka tidak akan dapat membaik dalam enam bulan mendatang," kata Li.
"Sementara itu, peningkatan pinjaman oleh bank komersial masih sangat penting untuk mencegah penyebaran masalah likuiditas. Beberapa kebijakan harus diberlakukan untuk menghentikan penyusutan pinjaman bank."
Dalam jangka panjang, Li memperkirakan penjualan properti China dapat stabil di 1,1-1,2 miliar meter persegi per tahun dibandingkan dengan puncak sekitar 1,8 miliar meter persegi pada 2021.
"Pasar properti akan kembali sebagai pendorong penting bagi perekonomian, namun besarnya dampak properti sebagai mesin pertumbuhan akan jauh lebih kecil," kata Li.
Ia menambahkan kebijakan untuk meningkatkan permintaan barang konsumsi dan perumahan adalah cara yang lebih efektif untuk mendukung ekonomi daripada penurunan suku bunga.
Hal ini karena "masalah utama ekonomi makro dan sistem keuangan China adalah permintaan pinjaman kini tidak seperti dulu."
(bbn)