Ini Deretan Lembaga yang Ramal Harga Minyak Bisa Sentuh US$100
News
26 September 2023 09:28
Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga minyak dunia diperkirakan oleh beberapa lembaga akan kembali mencapai US$100 US per barel sebelum akhir tahun ini. Hal ini dapat menambah tekanan pada konsumen dan membuat bank sentral lebih sulit untuk mengendalikan inflasi.
Harga minyak jenis Brent pada Selasa (26/09/2023) tercatat US$ 93,24/barel. Dalam seminggu terakhir, Brent turun 1,33% secara point-to-point. Namun, selama sebulan ke belakang, harga masih naik 11,1%.
Sedangkan WTI berada pada di US$ 89,85/barel.Dalam sepekan terakhir, harga WTI berkurang 0,85%. Namun, selama sebulan ke belakang, harga masih naik 12,71%.
Berikut adalah beberapa lembaga yang sempat memperkirakan harga minyak mencapai US$100 atau lebih, dihimpun dari Bloomberg News dan sumber lainnya:
- Goldman Sachs memperkirakan harga minyak Brent akan mencapai US$100 per barel pada akhir 2023, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar US$85 per barel. Bank tersebut mengatakan bahwa pasokan minyak yang ketat dan permintaan yang kuat akan terus mendorong harga.
- Morgan Stanley meningkatkan proyeksi harga minyak Brent-nya, mengatakan bahwa pasar bisa tetap kekurangan pasokan selama beberapa kuartal terutama setelah pemangkasan produksi oleh Arab Saudi dan Rusia, tetapi mengatakan harga di atas US$100 per barel mungkin terjadi. Bank ini meningkatkan proyeksi harga Brent untuk kuartal keempat menjadi US$95 per barel dari sebelumnya US$82,5.
- JPMorgan Securities memperkirakan harga minyak Brent akan mencapai US$100 per barel pada akhir 2023.
- Bank of America memperkirakan harga minyak Brent akan mencapai US$105 per barel pada akhir 2023, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar US$85 per barel. Bank tersebut mengatakan bahwa ketegangan geopolitik di Eropa dan Asia, serta permintaan yang kuat dari China, akan mendorong harga minyak.
Secara keseluruhan, perkiraan harga minyak 2023 yang mencapai US$100 atau lebih cukup realistis. Ada beberapa faktor yang mendorong kenaikan harga minyak dunia, salah satunya adalah perang di Ukraina. Perang tersebut telah mengganggu pasokan minyak dunia dan meningkatkan kekhawatiran tentang potensi kekurangan minyak. Selain itu, permintaan minyak global juga meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi dari pandemi COVID-19.