“Disrupsi apapun yang berdampak pada para penjual di TikTok selama masa transisi sangat mungkin akan bermanfaat untuk Shopee dan platform e-commerce lain,” jelas Alicia, yang tetap mempertahankan ‘netral’ pada saham Sea.
Shopee sendiri berada pada jalur meraih laba, setelah lama berkutat dengan kerugian akibat masifnya ekspansi bisnis. Pada Maret Sea selaku induk platform e-commerce terbesar di Indonesia itu meraih untung untuk pertama kalinya. Laba bersih perusahaan mencapai US$ 426,8 juta pada kuartal IV, didorong oleh pengurangan biaya yang drastis.
UOB Kay Hian menjelaskan dalam riset yang diterbitkan Juni, menyatakan penetrasi Tiktok memang telah menjadi ancaman untuk pemain lama e-commerce di Indonesia, khususnya kepada Shopee.
Hal ini dihitung dari etalase barang jualan di TikTok adalah produk fashion dengan harga kurang dari US$10 atau Rp150 ribu. Metode pembayaran yang dipilih juga tunai di tempat (Cash on Delivery/COD). Setipe dengan Shopee, dibandingkan Tokopedia. Sedangkan e-commerce milik GOTO, harga rata-rata barangnya US$30 atau Rp450 ribu dan lebih dari 95% barang tersebut dibayar langsung, bukan COD.
“Baru-baru ini, kami mengamati bahwa e-commerce video mulai mendapatkan daya tarik, terutama di TikTok. Video e-commerce memungkinkan pembuat konten untuk menjual produk mereka kepada pelanggan,” kata Analis UOB Kay Hian Stevanus Juanda.
Ditambahkan Etta Rusdiana Putra, analis Maybank Sekuritas, “TikTok lebih merupakan ancaman bagi Shopee daripada Tokopedia, menurut pandangan kami.” Tampilan Shopee dan TikTok juga, lanjut dia, memilik kemiripan dengan target pengguna yang sama, perempuan.
Fitur video live streming TikTok-yang juga dijalankan Shopee- dinilai pas untuk penjualan produk fashio dan kosmetik dimana presentasi visual menjadi kunci dalam meyakinkan calon konsumen membeli. “TikTok dan Shopee mirip, membidik perempuan sebagai pasar utama. Selain itu, iklan TikTok serupa dengan tampilan Shopee,” tulis Etta dalam catatan kepada klien.
Dengan ambisi TikTok memperluas pengaruhnya dan belum perfokus pada bagaimana menghasilkan pendapatan lewat aplikasi di Indonesia, tentu membuat risau para rival termasuk Shopee.
Terbukti dengan TikTok yang mampu menyedot perhatian, khususnya kalangan muda, sebagai platform sosial dan hiburan. Anak muda menghabiskan lebih banyak waktu di aplikasi ini dibandingkan Facebook.
TikTok Shop hadir melengkapi layanan aplikasi video pendek aplikasi milik grup teknologi paling berpengaruh, ByteDance, asal China. Ekspansi layanan transaksi digital dalam format social commerce ini masif di pasar Asia Tenggara.
Penetrasi bisnis TikTok Shop di kawasan terjadi semester I-2022, khususnya pasar Singapura, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Setahun sebelumnya, TikTok Shop sudah masuk pasar Indonesia, negara dengan potensi ekonomi terbesar.
Asia Tenggara menjadi bidikan utama ByteDance, seperti dilaporkan Caixin Global. Bahkan ByteDance menargetkan TikTok mampu berkontribusi pada penciptaan pendapatan grup. Tahun 2023 TikTok diminta mampu menghasilkan Gross Merchandise Value (GMV) sekitar US$12 miliar atau sekitar Rp178,8 triliun (dengan asumsi kurs Rp14.900/US$).
GMV lazim sebagai parameter nilai transaksi dalam sebuah platform e-commerce, dan sekaligus menjadi acuan dalam pertumbuhan sebuah bisnis digital. Target yang dipikul TikTok tentu masih kecil jika dibandingkan dengan grup Sea Limited, lewat platform Shopee. Berdasarkan laporan Sea Limited tahun lalu nilai GMV sektor e-commerce Shopee mencapai US$73,5 miliar, atau naik 17,6% dari posisi sebelumnya.
Namun hal itu tidak bisa dianggap kecil karena sebelumnya banyak analis telah memperingati semakin ekspansifnya TikTok Shop akan mengganggu pelaku dagang-el tradisional. Apalagi jika berkaca pada pertumbuhan social commerce ini di negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia.
TikTok mendapat bekal berharga yaitu data pengguna mereka. Berdasarkan laporan Datareportal jumlah pengguna asal Indonesia menjadi nomor dua terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat (AS). ByteDance mengatakan bahwa jumlah pengguna TikTok Indonesia mencapai 109,9 juta pada awal 2023, menghitung batas usia minimal 18 tahun ke atas.
Datareportal mencatat iklan TikTok telah menjangkau 51,6% dari total pengguna internet Indonesia, tanpa batasan usia. Pada awal 2023, pengguna perempuan yang paling terpapar iklan TikTok dengan persentase 66,1%, sisanya laki-laki.
Sementara pengguna di Asia Tenggara mencapai 135 juta. Pada skala global per September 2021 TikTok diklaim sudah mampu mencapai 1 miliar pengguna.
(wep/roy)