Saat konsumsi China melambat, maka negara lain akan terpengaruh. Salah satunya Australia, yang merupakan negara pemasok batu bara utama ke China.
“Perlambatan ekonomi China, jika terwujud, maka akan berdampak ke Australia melalui jalur perdagangan dan meningkatnya risk aversion di pasar keuangan,” sebut Dewan Regulator Keuangan Australia dalam laporan triwulanan.
Tahun lalu, harga batu bara naik tinggi dan Australia mendapat berkah dengan membukukan surplus fiskal untuk kali pertama dalam 15 tahun. Jika permintaan China turun, maka bisa saja defisit akan terulang kembali.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dalam perspektif (time frame) harian, batu bara sejatinya masih bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 66,04.
Skor RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun, harga US$ 160/ton sepertinya agak sulit tertembus. Seakan pasar sudah menetapkan bahwa batas atas harga batu bara ada di US$ 160/ton.
Oleh karena itu, rasanya koreksi harga batu bara masih akan berlanjut. Target koreksi terdekat ada di US$ 159,2/ton, yang merupakan Moving Average (MA) 5.
Jika tertembus, maka target support berikutnya adalah US$ 158,69/ton yang menjadi MA-10.
(aji)