“Ini kalau kita asumsikan bahwa jumlah caleg tetap. Kita asumsikan pengeluaran caleg di level pusat sekitar Rp1 miliar. Kemudian caleg DPRD sekitar Rp200 juta per orang, jadi dari situ total dampak ke Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sekitar 4,72% naiknya dan 2024 6,57%,” ujar dia.
Tidak hanya itu, Abdurrahman mengatakan terdapat dampak tidak langsung ke konsumsi masyarakat sekitar 0,14% pada 2023 dan 0,21% pada 2024. Sehingga, terdapat tambahan kontribusi ke PDB 2023 sekitar 0,2% dan 0,27% pada 2024. Angka ini pun hanya berdasarkan perhitungan kasar atau asumsi dari Kementerian Keuangan.
“(Belanja pemilu 2024) itu akan sedikit mengkompensasi pelemahan global. Jadi untuk 2023 kami masih optimis PDB akan berada sekitar 5,1% dan di 2024 sekitar 5,2%,” ujar dia.
Pada kesempatan yang sama, Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede turut memberikan pandangan dampak dari pemilu terhadap ekonomi. Menurutnya, kondisi indeks harga saham gabungan (IHSG) dan rupiah cenderung mengalami pelemahan sesaat sebelum pemilu.
Sisi investasi juga turut terdampak dari perhelatan pemilu. Selama ini, investor asing cenderung wait and see pada momentum pemilu. Sebab, terdapat kecenderungan ketidakpastian karena adanya pergantian pemimpin dan terdapat ekspektasi munculnya kebijakan baru. Namun, investor dari domestik jauh lebih positif dibandingkan investor asing karena mengetahui kondisi politik relatif stabil dan tidak ada gejolak signifikan.
“Walaupun investasi asing cenderung melambat tapi harapannya optimisme itu tetap ada, sehingga kita harapkan ini tidak berdampak cukup lama, sangat temporer, kalo kita lihat trendnya paling lama 1-2 kuartal sebelum pemilu, setelahnya akan rebound positif,” kata dia.
(dov/frg)