Analis nonproliferasi telah menyuarakan keprihatinan atas rencana nuklir Saudi karena tidak adanya perlindungan penuh dari IAEA dan sehubungan dengan komentar Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Kekhawatiran Proliferasi
Penguasa de facto Saudi, yang dikenal sebagai MBS, telah berulang kali memperingatkan negaranya tidak punya pilihan selain memperkaya bahan nuklirnya sendiri jika saingannya di Teluk Persia, Iran, diizinkan untuk terus melakukan hal tersebut.
Dia juga memperingatkan bahwa jika Iran mengembangkan bom nuklir, Arab Saudi mungkin akan melakukan hal yang sama.
Upaya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menghidupkan kembali perundingan yang akan menerapkan kembali batasan formal pada program nuklir Iran belum mendapatkan dukungan. Kedua belah pihak malah menggunakan jalur informal yang menyebabkan Iran mengurangi pengayaan dan Amerika menutup mata terhadap ekspor minyak Iran.
Langkah Saudi di IAEA terjadi ketika pemerintahan Biden bekerja sama dengan Pangeran Mohammed bin Salman mengenai kerangka kerja potensial yang akan membuat Arab Saudi menormalisasi hubungan dengan Israel dengan imbalan jaminan keamanan yang kuat dari AS, serta langkah-langkah Israel untuk menjaga kemungkinan terbentuknya negara Palestina.
MBS mengatakan pekan lalu bahwa kesepakatan mengenai hubungan formal dengan Israel semakin dekat “setiap hari” tetapi, secara pribadi, Saudi telah meminta persenjataan canggih AS dan menginginkan restu Amerika untuk memperkaya uranium di dalam negeri sebagai bagian dari rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir.
Keputusan Arab Saudi untuk memperluas akses IAEA langsung disambut baik oleh Menteri Energi AS Jennifer Granholm, yang mengatakan negaranya tetap berkomitmen untuk “menjunjung standar nonproliferasi tertinggi di dunia.”
(bbn)