John Cheng - Bloomberg News
Bloomberg, Saham-saham properti China merosot paling tajam dalam sembilan bulan terakhir. Hal ini dipicu kekhawatiran atas kemungkinan likuidasi China Evergrande Group, yang semakin menambah tanda-tanda tekanan baru di seluruh industri.
Indeks Bloomberg Intelligence, yang mengukur saham pengembang, turun sebanyak 6,4% pada hari Senin (25/9/2023) yang membuat kerugian valuasinya tahun ini mencapai US$55 miliar atau setara Rp846 triliun. Evergrande, yang membatalkan pertemuan kreditur utama pada menit-menit terakhir dan mengatakan harus mempertimbangkan ulang rencana restrukturisasi, sahamnya merosot sebanyak 25%.
China Aoyuan Group Ltd. menjadi pendorong terbesar penurunan indeks tersebut, terjun bebas sebesar 76% setelah sahamnya kembali diperdagangkan.
Sentimen telah memburuk secara dramatis dalam beberapa hari terakhir, karena investor bersiap menghadapi penderitaan bertahun-tahun dari sektor properti yang melemah. Ditambah dengan dukungan kebijakan yang gagal mengatasi masalah likuiditas.
Sementara para pengembang menaruh harapan pada periode libur Golden Week yang akan datang untuk menghidupkan kembali penjualan rumah, penurunan tajam dalam saham properti pada akhir Agustus menunjukkan bahwa bantuan mungkin hanya bersifat sementara.

Para investor sedang menghadapi aliran berita negatif yang tampaknya tak berkesudahan. China Oceanwide Holdings Ltd. menghadapi perintah likuidasi dikeluarkan oleh pengadilan di Bermuda. Di sisi lain, regulator China mengatakan telah meluncurkan penyelidikan terhadap Ping An Real Estate Co. terkait pembayaran pinjaman yang tertunda yang tidak diungkapkan. Sementara kekhawatiran masih ada terkait potensi gagal bayar oleh Country Garden Holdings Co.
"Perubahan dalam rencana restrukturisasi utang ini mungkin akan semakin membingungkan masa depan perusahaan yang penuh dengan utang ini," kata Willer Chen, analis riset senior di Forsyth Barr Asia Ltd., merujuk pada Evergrande. "Bagi para pengembang yang masih bertahan, pasar lebih fokus pada pemulihan penjualan properti mereka dan dukungan kebijakan," tambahnya.
Obligasi dolar properti China, sebagian besar berada pada tingkat yang sangat terdistorsi di bawah 15 sen, hampir tidak mengalami perubahan pada Senin.
Ping An Real Estate adalah yang paling terdampak. Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, obligasi 2.75% yang jatuh tempo pada 2024 turun sebesar 4,6 sen menjadi 73,8 sen pada pukul 11:30 pagi di Hong Kong. Indeks obligasi dengan imbal hasil tinggi di China, yang sebagian besar terdiri dari pengembang-pengembang negara tersebut, turun sebesar 0,25 sen pekan lalu. Hal ini merupakan penurunan pertama dalam bulan ini.
--Dengan bantuan dari Jeanny Yu, Pearl Liu dan Russell Ward.
(bbn)