Wilayan ini membentang dari China bagian utara hingga Indonesia pada sisi selatan. Merupakan jalur perairan seluas 1,4 juta mil persegi atau sekitar 3,6 juta kilometer persegi.
Bentang LCS lebih besar dari Laut Mediterania.
Di sebelah barat, LCS bersinggungan dengan dengan Vietnam, Malaysia dan Singapura. Di timur, ada Filipina dan Brunei.
Laut ini merupakan zona penangkapan ikan yang berkembang pesat. Dalam catatan LCS menghasilkan sekitar 10% tangkapan ikan dunia. Yang lebih komersial, LCS menyimpan cadangan minyak dan gas alam yang menjanjikan.
Sejumlah besar perdagangan melewati perairan Laut China Selatan. Pada tahun 2016, jumlahnya mencapai sekitar US$3 triliun (sekitar Rp46.000 triliun), termasuk lebih dari 30% perdagangan minyak mentah maritim global.
2. Mengapa Laut China Selatan menjadi bahan perdebatan?
Terdapat klaim yang saling bertentangan atas bebatuan, terumbu karang, dan pulau-pulau di dalamnya.
China mengklaim lebih dari 80% wilayah Laut China Selatan. China menggunakan peta tahun 1947 yang menunjukkan garis putus-putus tidak jelas —yang disebut garis 9 garis terputus-putus—yang melingkar ke titik sekitar 1.100 mil (1.800 kilometer) di sebelah selatan pulau Hainan.
Vietnam, Filipina, Brunei, Malaysia, dan Taiwan mengklaim sebagian wilayah maritim yang sama. Negara-negara ini telah berdebat dengan China. Pihak yang bertikai saling mengajukan klaim mana yang sah menurut Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang dikenal dengan United Nations Convention on the Law of the Sea (Unclos).
Negara-negara yang terlibat telah menyusun kode etik. Tujuannya menyelesaikan konfrontasi, meskipun pembicaraan telah berlangsung selama dua dekade.
Pada akhir Agustus, China merilis peta baru dengan “10 garis terputus-putusnya”, yang tampak memperluas klaimnya atas tanah dan perairan negara-negara tetangganya.
Sementara itu, Vietnam telah mempercepat kegiatan reklamasi di Kepulauan Spratly yang disengketakan, di sebelah barat Filipina.
3. Apakah China telah menduduki salah satu wilayah yang disengketakan?
China telah mereklamasi sekitar 3.200 acre (sekitar 1.290 hektar) lahan pada tujuh terumbu karang atau batu karang di kepulauan Spratly. Di atasnya telah dibangun pelabuhan, mercusuar dan landasan pacu. Terpasang pula baterai rudal dan peralatan militer lainnya.
Presiden China Xi Jinping mengatakan kepada Presiden AS Barack Obama tahun 2015 bahwa Beijing tidak berniat untuk memiliterisasi bangunan-bangunan tersebut. Setiap kali pemasangan peralatan baru terungkap, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa itu untuk tujuan pertahanan.
4. Respon Amerika
AS tidak mengambil posisi apa pun atas klaim yang saling bersaing tersebut. Namun Angkatan Laut AS secara teratur melakukan bertajuk “operasi kebebasan navigasi”, atau dikenal sebagai Fonops.
Patroli yang dimaksud dengan mengirimkan kapal perang dan pesawat terbang di dekat perairan yang disengketakan. Aksi yang bertujuan menunjukkan hak melakukan perjalanan melalui apa yang dianggapnya sebagai perairan dan wilayah udara internasional.
AS dilaporkan melakukan lima operasi semacam itu selama 2022, turun dari tujuh operasi pada tahun sebelumnya.
AS telah berulang kali memprotes manuver berbahaya dan provokatif China terhadap kapal-kapal Filipina. Ini termasuk penembakan laser kelas militer ke kapal Filipina awal tahun ini.
5. Bagaimana tanggapan masyarakat internasional
Panel arbitrase internasional di Den Haag membantah klaim China pada tahun 2016. Kelompok internasional tersebut memutuskan bahwa tidak ada dasar hukum bagi China untuk mengklaim hak-hak bersejarah atas sumber daya di laut yang berada di dalam 9 garis terputus-putus ini.
Panel juga menemukan bahwa, di bawah Unclos, pulau-pulau buatan —seperti yang dibangun oleh China — tidak menghasilkan hak maritim atau zona kedaulatan.
Kasus ini diajukan oleh Filipina, yang telah menjadi pengkritik paling vokal terhadap serbuan Beijing. China menolak untuk ikut serta dalam arbitrase tersebut, dengan mengatakan bahwa panel tidak memiliki yurisdiksi.
6. Mengapa dunia perlu khawatir
Jumlah tabrakan telah meningkat seiring dengan rekor jumlah serbuan kapal-kapal China di wilayah yang disengketakan.
Pada tahun 2022, Pasukan Penjaga Pantai China melakukan patroli hampir setiap hari di perairan sekitar Vanguard Bank di lepas pantai Vietnam, daerah yang terkenal dengan cadangan minyak dan gasnya. Pasukan China juga melakukan patroli di dekat Second Thomas Shoal, Kepulauan Spratly, di mana Filipina memiliki garnisun.
Pemerintahan Biden dan sekutu perjanjiannya, Filipina, telah bergerak untuk memperluas kerja sama pertahanan. Kini pasukan AS sekarang dapat mengakses beberapa pos militer di negara itu.
Dengan perang yang berkecamuk di Ukraina dan tidak ada tanda-tanda bahwa AS dan China akan menyelesaikan perbedaan mereka dalam waktu dekat, para pemimpin Asia Tenggara semakin cemas bahwa konflik dapat pecah.
- Dengan asistensi Karen Leigh.
(bbn/wep)