“Juli lalu ENI dan Chevron telah menandatangani pengambilalihan Kutai Basin. Langkah ini menjadi langkah penting bagi pengembangan proyek IDD, sekaligus menjadi konsolidasi besar untuk pengembangan lapangan gas Kalimantan Timur. Kami akan perluas eksplorasi di Kutai Basin dan berharap mendapatkan temuan cadangan gas yang akan digunakan untuk untuk mendukung transisi energi. Oleh karena itu kita akan terus investasi di Indonesia,” ujarnya.
Sementara President Director of Premier Oil Natuna Sea BV (a Harbour Energy company) yang juga President of the Indonesian Petroleum Association (IPA) Gary Selbie mengakui bahwa berinvestasi di Indonesia mendapatkan banyak insentif fiskal yang lebih fleksibel bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
“Jadi kita perpanjang produksi dari field (lapangan) kita. Kami juga senang karena pemerintah memberikan insentif fiskal yang memberi kita peluang untuk mengembangkan lapangan yang tadinya marjinal. Kita akan tanda tangan pekan ini,” ujar Selbie.
Dia mengatakan Harbour Energy akan melakukan serangkaian kegiatan pengeboran eksplorasi di wilayah Andaman, termasuk appraisal wells yang akan dimulai bulan depan. Selain itu, pihaknya juga sedang dalam proses dalam menyelesaikan isu di Blok Tuna di mana mitranya dari Rusia mundur.
Meski betah berinvestasi di Indonesia, dia berharap pemerintah bisa mendongkrak investasi migas dengan menerapkan regulasi terkait harga gas domestik. Hal ini perlu karena 50% lapangan gas yang belum dikembangkan di Indonesia sangat potensial untuk mendongkrak ekonomi.
(ezr)