Logo Bloomberg Technoz

APBI Waswas Prospek Suram Batu Bara RI Gegara 'Ditinggal' China

Sultan Ibnu Affan
21 September 2023 17:33

Pekerja memeriksa batu bara di tambang batu bara terbuka PT Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Kamis (7/7/2011). (Dadang Tri/Bloomberg)
Pekerja memeriksa batu bara di tambang batu bara terbuka PT Bukit Asam di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Kamis (7/7/2011). (Dadang Tri/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Pelaku industri batu bara dalam negeri mulai waswas dengan risiko makin menyempitnya pasar ekspor ke China, di tengah kecenderungan Negeri Panda yang mulai beralih jorjoran mengimpor emas hitam kualitas tinggi dari Australia dan Rusia.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan rendahnya kualitas batu bara Indonesia merupakan isu klasik yang tidak bisa dikendalikan, lantaran berkaitan dengan kondisi geografis.

“Kalau soal kualitas batu bara RI sudah dari sananya, garis Tuhan. Kita memang lebih rendah, Australia tinggi, dari dahulu tidak berubah, itu given. Namun, sebelumnya, ekspor batu bara kita ke China sama-sama tinggi dengan Australia. Masing-masing punya pasarnya sendiri,” ujarnya kepada Bloomberg Technoz, Kamis (21/9/2023).

Dalam jangka menengah atau panjang pasti dampaknya akan besar. Memang terpengaruh, tetapi untuk jangka pendek rasanya belum.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia 

Saat ini, lanjutnya, pengusaha batu bara Indonesia masih berharap pada permintaan dari banyak pabrik ketel uap (boiler plant) di China yang memang dirancang untuk menyerap bauran batu bara dengan kualitas menengah dan rendah seperti dari Indonesia.

Bagaimanapun, Hendra tidak menampik dibukanya ekspor batu bara Australia dan Rusia ke China pasti akan berdampak terhadap penyempitan pangsa pasar Indonesia di Negeri Tirai Bambu.