Logo Bloomberg Technoz

Mereka bersama-sama meneken MoU studi tentang potensi pasokan gas dan injeksi CO2 di Tangguh juga terkait dengan potensi pengembangan amonia biru di Teluk Bintuni, Papua Barat.

Hal ini juga dilakuka untuk mendukung potensi pertumbuhan dalam industri petrokimia, khususnya di Papua Barat. Dengan adanya industri petrokimia nantinya akan membantu meningkatkan ekonomi lokal.

Diketahui Blok Tangguh di Papua Barat diperkirakan bisa memproduksi 825.000 ton amonia per tahun dan 1,15 juta ton urea per tahun pada 2027 mendatang.

Menteri ESDM juga menyinggung soal transisi energi yang menjembatani hingga 100% sumber energi menjadi EBT sesuai target NZE yang memerlukan kerja sama tak hanya di dalam negeri melainkan juga luar negeri.

"Saya ingin menekankan pentingnya peningkatan kolaborasi dan kemitraan internasional yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam mengatasi tantangan ganda dalam memenuhi permintaan energi sekaligus mengurangi emisi," kata Arifin.

Terpisah, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam forum yang sama kemarin menyinggung soal instruksi presiden agar sumur-sumur migas diberdayakan termasuk untuk mengoptimalkan hilirisasi. Kata dia, pengeloaannya bisa diutamakan untuk nasional tetapi tetap terbuka untuk asing maupun kerja sama dengan asing jika kapasitas nasional tak lagi mencukupi.

"Arahan pak Presiden ke depan sumur-sumur migas yang bisa kita bangun hilirisasinya sudah harus kita bangun di sini, kita ini masih impor 80% metanol, LPG 6 sampai 7 juta ton impor per tahun, apakah tidak ada bahan bakunya di sini? Saya pikir banyak,” kata Bahlil.

Kendati demikian,  saat ditanya soal rencana sumur-sumur yang akan segera diberdayakan kata Bahlil akan dimatangkan oleh Kementerian ESDM. Hal ini menjadi bagian dari peta jalan hilirisasi migas dan hal tersebut masih dibahas lanjut.

(ezr/wdh)

No more pages