Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemerintah telah menetapkan total 27 hari libur nasional dan cuti bersama pada 2024, yang terdiri dari 17 hari libur nasional dan 10 hari cuti bersama.

Jumlah hari libur tersebut terbilang banyak dibandingkan jumlah hari libur pada tahun-tahun sebelumnya. Bahkan jumlah tersebut bisa bertambah lagi karena terdapat pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan legislatif (Pileg) pada 14 Februari 2024 mendatang.

Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 menteri yang mengatur hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2024. SKB 3 Menteri ini diteken oleh Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki yang mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, dan MenPAN-RB Abdullah Azwar Anas.

“Penetapan hari libur nasional dan cuti bersama 2024 dimaksudkan sebagai pedoman untuk masyarakat, keluarga, pelaku ekonomi, pelaku wisata dan sektor swasta agar bisa merancang aktivitas 2024 ke depan serta rujukan bagi kementerian lembaga dalam merencanakan program kerja 2024,” terang Muhadjir Effendy, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

Bersamaan dengan pengumuman tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sudah menetapkan kalender perdagangan. Melansir laman keterbukaan informasi hari libur bursa pada 2024, sepanjang 2024 jumlah perdagangan bursa hanya akan terjadi 240 hari. 

Menelaah lebih jauh pada hari perdagangan, tahun 2023 juga terjadi hanya 239 hari. Akan tetapi, berkaca hari bursa pada 2022 jauh lebih banyak mencapai 250 hari, begitu juga dengan 2021 yang sejumlah 247 hari. 

Semakin banyak hari libur bursa, tentu akan mempengaruhi volume transaksi pada perdagangan saham, seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Faturrahman Investment Specialist Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

“Habit investor akan berubah, terutama kepada investor ritel,” ujarnya.

Hal ini tercermin dari data perdagangan BEI, di mana pada 2022 yang jumlah hari bursanya lebih banyak mencatatkan volume perdagangan mencapai 5,88 triliun saham, begitu juga dengan jumlah frekuensi yang terjadi hingga 321,32 juta kali. Berbeda halnya dengan 2021, volume hanya sejumlah 5,09 triliun saham, dan frekuensi 319,82 juta kali.

Perdagangan Saham di IHSG pada 2021-2022 (Bloomberg)

Selain itu, semakin pendeknya jumlah hari perdagangan juga akan mempengaruhi kepada psikologis investor. Sebagai gambaran, investor tidak dapat merespons dengan cepat ketika ada kejadian-kejadian ekonomi penting yang dapat mempengaruhi pasar saham.

“Kita tidak dapat merespons dengan cepat ketika ada terjadinya sentimen negatif pada makro ekonomi, terlebih pada bursa global yang memiliki hari libur yang berbeda dengan kita,” lanjut Faturrahman kepada Bloomberg Technoz, pada Kamis (21/9/2023).

Akan tetapi, Faturrahman menerangkan masih ada dampak positif dari banyaknya hari libur bursa, misalnya investor dapat memanfaatkan untuk mencari keuntungan dan/atau peluang dalam merealisasikan capital gain pada portofolionya.

“Ketika pasar saham menjelang libur, dan terjadi kecenderungan libur panjang (libur lebaran) pelaku pasar biasanya melakukan aksi profit taking, hal ini bertujuan untuk mengamankan nilai portofolio mereka sebelum moment liburan,” ujarnya.

Menariknya, ketika market dibuka kembali investor gencar melakukan aksi buyback saham, sejumlah investor dapat memanfaatkan strategi Buy on Weakness (BoW). Hal tersebut menjadi peluang bagi sejumlah investor dalam memaksimalkan hari libur bursa.

“Terlihat dari data 10 tahun terakhir, sebanyak 7 kali IHSG ditutup menghijau pasca lebaran,” pungkasnya.

(fad/aji)

No more pages