Menelaah lebih jauh pada hari perdagangan, tahun 2023 juga terjadi hanya 239 hari. Akan tetapi, berkaca hari bursa pada 2022 jauh lebih banyak mencapai 250 hari, begitu juga dengan 2021 yang sejumlah 247 hari.
Semakin banyak hari libur bursa, tentu akan mempengaruhi volume transaksi pada perdagangan saham, seperti yang diungkapkan oleh Muhammad Faturrahman Investment Specialist Mirae Asset Sekuritas Indonesia.
“Habit investor akan berubah, terutama kepada investor ritel,” ujarnya.
Hal ini tercermin dari data perdagangan BEI, di mana pada 2022 yang jumlah hari bursanya lebih banyak mencatatkan volume perdagangan mencapai 5,88 triliun saham, begitu juga dengan jumlah frekuensi yang terjadi hingga 321,32 juta kali. Berbeda halnya dengan 2021, volume hanya sejumlah 5,09 triliun saham, dan frekuensi 319,82 juta kali.
Selain itu, semakin pendeknya jumlah hari perdagangan juga akan mempengaruhi kepada psikologis investor. Sebagai gambaran, investor tidak dapat merespons dengan cepat ketika ada kejadian-kejadian ekonomi penting yang dapat mempengaruhi pasar saham.
“Kita tidak dapat merespons dengan cepat ketika ada terjadinya sentimen negatif pada makro ekonomi, terlebih pada bursa global yang memiliki hari libur yang berbeda dengan kita,” lanjut Faturrahman kepada Bloomberg Technoz, pada Kamis (21/9/2023).
Akan tetapi, Faturrahman menerangkan masih ada dampak positif dari banyaknya hari libur bursa, misalnya investor dapat memanfaatkan untuk mencari keuntungan dan/atau peluang dalam merealisasikan capital gain pada portofolionya.
“Ketika pasar saham menjelang libur, dan terjadi kecenderungan libur panjang (libur lebaran) pelaku pasar biasanya melakukan aksi profit taking, hal ini bertujuan untuk mengamankan nilai portofolio mereka sebelum moment liburan,” ujarnya.
Menariknya, ketika market dibuka kembali investor gencar melakukan aksi buyback saham, sejumlah investor dapat memanfaatkan strategi Buy on Weakness (BoW). Hal tersebut menjadi peluang bagi sejumlah investor dalam memaksimalkan hari libur bursa.
“Terlihat dari data 10 tahun terakhir, sebanyak 7 kali IHSG ditutup menghijau pasca lebaran,” pungkasnya.
(fad/aji)