Logo Bloomberg Technoz

Sampai akhir Agustus, realisasi pembiayaan utang adalah Rp198 triliun. Berkurang 40,4% dari Agustus tahun lalu.

"Terjadi penurunan sangat tajam. Penerbitan SBN (Surat Berharga Negara) neto turun 42,3%, turun tajam dari sisi issuance SBN," tegasnya.

Per akhir Agustus, penerbitan SBN neto tercatat Rp183 triliun. Angka ini 25,3% dari target APBN, baru sekitar seperempat.

Sumber: Kementerian Keuangan

Saat penerbitan dikurangi, maka harga SBN akan naik dan imbal hasil (yield) turun. Penurunan yield tentu akan menguntungkan pemerintah sebagai penerbit, karena biaya dana (cost of fund) akan berkurang sehingga beban fiskal tidak terlalu berat.

Selisih (spread) imbal hasil Surat Utang Negara tenor 10 tahun dengan obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan tenor yang sama pun menyempit. Per kemarin, spread dua instrumen ini ada di 228,41 basis poin (bps), terendah sejak 11 September.

Belanja Lesu

Akan tetapi, surplus APBN juga bisa dimaknai sebagai hal yang kurang baik. Apalagi surplus ini lebih ditopang karena belanja yang melambat, bukan peningkatan penerimaan.

Sepanjang Januari-Agustus, penerimaan negara tumbuh 3,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dalam periode yang sama, belanja hanya tumbuh 1,1%.

Padahal peran APBN dibutuhkan demi merangsang ekonomi domestik yang mulai merasakan dampak kelesuan ekonomi global. Jika belanja kurang maksimal, maka efek stimulasi ke perekonomian menjadi tidak optimal.

Sejumlah data menunjukkan bahwa perlambatan ekonomi Indonesia adalah risiko yang nyata. Konsumsi listrik industri hanya tumbuh 0,1% year-on-year (yoy).

Sementara penjualan kendaraan bermotor juga lesu. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan, penjualan mobil pada Agustus tercatat sebanyak 88.876 unit. Anjlok 8,3% yoy dan menjadi laju pertumbuhan paling lemah dalam 4 bulan terakhir.

Sementara Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mengungkapkan penjualan sepeda motor bulan lalu adalah 534.379 unit. Hanya tumbuh 1,8% yoy, terlemah dalam 4 bulan terakhir.

Sumber: Kementerian Keuangan

Konsumsi rumah tangga pun terancam karena lonjakan harga beras. Ingat, beras adalah pangan yang paling banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Pergerakan harga sembako ini bisa menentukan antara hidup dan mati, terutama bagi rakyat miskin.

Per Maret 2023, garis kemiskinan Indonesia ada di Rp550,458/kapita/bulan. Dari angka itu, garis kemiskinan makanan adalah Rp408.522. Artinya, 74,21% pengeluaran penduduk miskin adalah untuk membeli makanan. 

Makanan apa yang paling banyak dibeli rakyat miskin? Beras. Di perkotaan, porsinya adalah 19,35% dan di perdesaan 23,73%.

Sumber: BPS

“Pelacakan kami menunjukkan bahwa harga beras di pasar tradisional dan modern naik 7,8% sejak awal tahun. Ini terjadi saat harga gabah di tingkat petani naik 4%,” ungkap Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas.

Kenaikan harga beras, lanjut Satria, diperkirakan menyumbang 0,25% terhadap inflasi umum. 

“Dengan produksi yang masih rendah hingga beberapa bulan ke depan, kenaikan harga beras sepertinya masih akan berlanjut. Ini akan mempengaruhi daya beli konsumen pada kuartal IV-2023,” tambah Satria.

Sumber: Bahana Sekuritas

Sinyal kelesuan domestik tersebut seyogianya perlu direspons dengan dukungan fiskal yang mumpuni. Namun jika belanja negara masih lesu, APBN terus-menerus surplus, dukungan itu tentu patut dipertanyakan.

(aji/wep)

No more pages