Logo Bloomberg Technoz

Bahkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tercatat sudah dua kali bertemu Gibran. Bakal Capres dari Partai Gerindra tersebut pada 24 Januari 2023 datang ke Rumah Dinas Wali Kota Solo, Loji Gandrung. Kata Gibran pada saat itu, Prabowo menyarankannya maju Pilgub 2024 baik Jakarta atau Jateng. Namun memang keduanya sempat bertemu saat Gibran berkunjung ke rumah Prabowo di Hambalang, Bogor pada 2022.

Tak hanya bertemu Gibran, Prabowo juga saat ke Medan yakni 26 Januari 2024 menyempatkan diri bertemu dengan Wali Kota Medan Bobby Nasution yang merupakan menantu Presiden Jokowi, suami Kahiyang Ayu.

Menhan Prabowo Subianto berkunjung rumah dinas Wali Kota Medan, Bobby Afif Nasution Kamis (26/1/2023). (Dok. Tim Media Prabowo Subianto)

Sementara Menko Perekonomian yang juga Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto juga sempat bertandang ke Rumah Dinas Loji Gandrung Solo, Jawa Tengah, Senin 6 Februari 2023 dan bertemu dengan Gibran. Pada Selasa 13 Desember 2022, Gibran juga sempat bertemu dengan Puan Maharani. Namun dalam hal ini Gibran yang dipanggil Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat Megawati berada di Surakarta. Dalam pertemuan itu, Gibran juga bertemu dengan Puan. Lain lagi dengan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo yang memang beberapa kali bertemu dengan Gibran di sejumlah acara lantaran keduanya pemimpin di wilayah Jateng.

Tapi ketika tingkat kepuasan publik Jokowi rendah, malah bisa kebaliknya. Dukungan terhadap Jokowi malah bisa menjadi beban

Yunarto Wijaya

Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago menilai hal tersebut sangat wajar terjadi menjelang pemilu. 

"Karena memang kepentingan yang dimainkan oleh para capres ini bertujuan untuk mendapat dukungan dari pak Jokowi di taun 2024. Makanya salah satu ruang yang dimanfaatkan oleh lingkar pak Jokowi maupun anaknya itu ya untuk mencari ruang," kata Arifki kepada Bloomberg Tecnoz.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meresmikan revitalisasi Situ Gede, Bogor. (Dok. Humas Jabar)

Namun menurut dia, hal ini sebenarnya juga menunjukkan mutualisme. Setelah Jokowi tak lagi nanti berkuasa maka perlu ruang yang lebih luas bagi anak-anaknya masuk ke politik dan pemerintahan. Pertemuan dengan para figur menurut dia juga perihal menawarkan hal itu. Pada 2014 menurutnya hal yang sama juga terjadi ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mulai mendorong anak-anaknya masuk ke politik bahkan pemerintahan.

Selain itu kata dia, parpol dan figur juga menilai mendekati Jokowi cenderung lebih efektif dibandingkan mendekati PDIP yang merupakan partai yang menjadi "kendaraan" Jokowi itu. Oleh karena itu mendekati Gibran merupakan cerminan dari pendekatan terhadap Jokowi.

"Tapi parpol-parpol ini akan melihat bahwa pak Jokowi lebih efektif karena tidak memiliki kepentingan di pasca-2024. Yang terpenting ada ruang-ruang yang dibuka oleh Jokowi entah itu anaknya atau menantunya untuk karier politik pasca-2024. Hal inilah yang menyebabkan pak Jokowi diminati untuk didekati oleh para capres dibanding PDIP punya cara sendiri di 2024," katanya.

Dihubungi terpisah, pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya juga menanggapi fenomena politik tersebut. Menurutnya, kondisi ini bisa dibaca sebagai konfigurasi elite termasuk upaya ingin menunjukkan loyalitas kepada Jokowi.

"Saya sih ngeliat ini sebagai komunikasi tidak langsung dengan cara memberikan simbol-simbol politik untuk menunjukkan loyalitas. Mungkin (mereka) merasa Jokowi pengaruhnya sangat kuat," kata Yunarto Wijaya.

Apalagi kata dia tingkat kepuasan publik terhadap Presiden Jokowi memang masih tinggi. Selain itu Jokowi masih memiliki pengaruh terhadap beberapa partai. Oleh karena itu mendekati Gibran menurut Yunarto adalah cara komunikasi politik apalagi Gibran juga sudah sah jadi politikus. Menurut dia bisa dipantau apakah tingkat kepuasaan terhadap Jokowi masih tinggi atau tidak pada tahun pilpres. Apabila masih tinggi dengan kira-kira di angka 70% maka mau tidak mau pengaruh restu Jokowi terhadapn figur tertentu akan berpengaruh. Namun bisa juga memberikan efek negatif jika tingkat kepuasaan terhadap Jokowi melorot nantinya.

"Tapi ketika tingkat kepuasan publik Jokowi rendah malah bisa kebalikannya. Dukungan terhadap Jokowi malah bisa menjadi beban," kata dia.

(ezr)

No more pages