Masalah tata kelola mungkin akan terus ada. Bank yang memberi pinjaman ke Toshiba meminta agar mantan Chief Operating Officer yang dipecat, Goro Yanase, mengambil peran utama dalam manajemen, menurut sumber yang mengetahui perihal ini.
Yanase mundur awal tahun ini untuk bertanggung jawab atas klaim biaya hiburan yang tidak pantas. Namun, ia berperan penting dalam membuka jalan bagi kesepakatan pengambilan alih dan memiliki pengalaman dalam bisnis pembangkit tenaga nuklir Toshiba. Ia menjadi kunci untuk perbaikan perusahaan, demikian kata sumber tersebut.
Sumitomo Mitsui Banking Corp. dan bank-bank lain yang mendanai buyout ini melalui pinjaman senilai 1,2 triliun yen juga menekan agar perwakilan dari mereka menduduki posisi kepemimpinan, kata sumber yang tidak ingin disebutkan namanya.
Ada penolakan dalam perusahaan terkait dengan kembalinya Yanase, dan pengangkatannya masih mungkin untuk tidak terjadi, kata sumber tersebut.
Perwakilan Toshiba mengatakan bahwa belum ada yang diputuskan saat ini soal hal itu. Perusahaan menambahkan bahwa JIP dan Toshiba akan mendiskusikan struktur manajemen perusahaan setelah privatisasi.
Proses lelang yang panjang telah membuat perusahaan pencipta laptop pertama di dunia ini dalam kebimbangan selama setahun penuh. Hal yang terjadi di tengah perubahan di sektor teknologi dimana terjadi kenaikan minat dalam kecerdasan buatan (AI).
Selama itu, anak perusahaan cip Toshiba, Kioxia Holdings Corp., semakin tertinggal dari pemimpin pasar, seperti Samsung Electronics Co. dan SK Hynix Inc. Sementara pembicaraan tentang penggabungan dengan bisnis memori flash Western Digital Corp. terjadi berlarut-larut.
Privatisasi ini diyakini akan memungkinkan Toshiba fokus pada strategi jangka panjang. Perusahaan ini, yang bisnisnya termasuk pembangkit listrik nuklir, semikonduktor daya, baterai, dan hard-disk drive, telah mengalami tiga kali pergantian pimpinan dalam tiga tahun terakhir.
Saat masih dihormati karena kemajuan teknologinya, Toshiba membayar denda terbesar yang pernah ada di Jepan. Mereka terbukti terlibat pemalsuan laporan keuangan pada tahun 2015.
Perusahaan mengalami kegagalan besar dalam bisnis nuklir yang memaksa mereka untuk mencatatkan kerugian senilai US$6,3 miliar dan menjual bisnis memori cipnya, yang kemudian direorganisasi sebagai Kioxia.
Perusahaan juga telah memisahkan bisnis medis, peralatan rumah tangga, dan TV mereka.
(bbn)