Akan tetapi, bila terjadi kebocoran maupun penyetelan yang tidak tepat, teknologi CCS/CCUS justru akan mencemari udara dan tanah. Hal inilah yang menjadi perhatian KLHK.
Adanya CCS malah bisa berpotensi mengerek kenaikan suhu di permukaan Bumi. Sementara itu, persoalan lingkungan yang bisa terjadi akibat malfungsi teknologi tersebut a.l. kekeringan, kebakaran hutan, banjir hingga erosi.
"Perkembangan CCS harus dilakukan dengan waspada agar tak merusak kualitas air dan tanah. Proyek CCS bisa dilakukan di kawasan yang sudah terjadi degradasi termasuk hutan dengan mempertimbangkan lingkungan dan kesehatan," kata Haruni.
Untuk diketahui, industri hulu migas juga menghadapi isu keberlanjutan lingkungan serta emisi karbon. Walhasil, pemerintah berencana memacu penerapan teknologi untuk menekan emisi dalam kegiatan hulu migas CCS dan CCUS.
“Saat ini, kita sudah memiliki peraturan menteri ESDM yang mengatur kegiatan CCS dalam wilayah operasional migas. Kami juga sedang menyelesaikan perpres terbaru tentang CCS/CCUS yang ditargetkan bulan depan sudah bisa diresmikan," kata Direktur Pembinaan Hulu Migas Kementerian ESDM Noor Arifin Muhammad.
(ezr/wdh)