Logo Bloomberg Technoz

Berdasarkan kajian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi cadangan minyak di Blok Warim menembus 25,968 miliar barel. Adapun, potensi cadangan gasnya menyentuh 47,37 triliun kaki kubik gas atau trillion cubic feet (TCF) alias empat kali lipat dari Blok Masela di Tanimbar, Maluku yang tidak lebih dari 10,73 TCF.

Permasalahannya, blok tersebut bersinggungan dengan wilayah hutan lindung di Taman Nasional Lorentz. Dengan demikian, dibutuhkan perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk dapat mengeksploitasi cadangan migas di sana.

Di luar Blok Warim —yang menurut SKK Migas akan segera dilelang— Indonesia mesti memaksimalkan beberapa WK yang sudah memiliki kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Negara ini memiliki berbagai blok legendaris yang sudah dieksploitasi.

Berikut daftar blok migas terbesar RI yang telah maupun segera onstream atau berproduksi hingga saat ini, menurut yang diolah dari Kementerian ESDM dan SKK Migas:

Lifting minyak dan kondensat per Mei 2023. (Sumber: Kementerian ESDM)

Blok Masela

Blok migas terletak di Tanimbar, Maluku dan ditemukan pada 2000. Lapangan Gas Abadi Masela diperkirakan memiliki cadangan gas mencapai 10,73 triliun kaki kubik (TCF).

Sayangnya, produksi di Blok Masela bakal lebih lambat dari perkiraan setelah proyek tersebut terkatung-katung sejak 2020, akibat ‘dicampakkan’ oleh salah satu pemegang hak partisipasi atau participating interest (PI)-nya saat itu yaitu Shell Upstream Overseas Services Ltd.

Pada Juli tahun ini, PT Pertamina (Persero) dan Petroliam Nasional Berhad (Petronas) akhirnya resmi mengambil alih jatah PI Shell sebesar 35%, dengan pembagian masing-masing sebesar 20% dan  15%. Akusisi tersebut dilepas dengan nilai US$650 juta atau setara Rp9,75 triliun  (kurs Rp15.002/US$).

Selain Pertamina dan Petronas, pemegang PI Blok Masela adalah Inpex Corporation. Kementerian ESDM menargetkan Masela dapat mulai berproduksi selambat-lambatnya pada 30 Desember 2029, guna merealisasikan ambisi RI menghasilkan gas sebanyak 12 BSCFD pada 2030.

Depo kilang Pertamina. (Dok: Bloomberg)

Blok Mahakam

Blok yang terletak di Kalimantan Timur ini merupakan salah satu cekungan penghasil migas terbesar di Indonesia. Pertamina Hulu Indonesia memperkirakan, cadangan minyak dan gas di Blok Mahakam bisa diproduksi hingga 20 tahun mendatang.

Adapun, Kementerian ESDM memperkirakan cadangan minyak pada blok ini mencapai 57 juta barel minyak (MMBopd) dan gas sebesar 4,9  TCF.

Blok Mahakam dikelola oleh Pertamina pada 2018, setelah kontrak Total EP Indonesia berakhir pada 31 Desember 2017. Perusahaan asal Prancis ini sudah mengeruk cadangan migas Mahakam sejak 1967.

Pengeboran Sumur MNK Kedua Blok Rokan. (dok: Kementerian ESDM)

Blok Rokan

Blok yang terletak di Provinsi Riau ini dikelola oleh Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Blok yang memiliki wilayah kerja seluas 6.200 meter persegi tersebut saat ini menjadi gudang minyak terbesar di Indonesia.  Rokan diperkirakan memiliki cadangan minyak sebesar 2 miliar barel dan gas sebesar 41 juta MMScfd.

WK Rokan sebelumnya dikelola oleh Chevron Pacific Indonesia dan sejak 2021 berpindah tangan ke Pertamina. Dua tahun sejak berpindah tangan ke BUMN, produksi minyak di Blok Rokan dilaporkan telah mencapai 172.710 barel per hari.

Capaian produksi tersebut berbanding lurus dengan kegiatan pengeboran yang dilakukan Pertamina sepanjang tahun berjalan. Sejauh ini, PHR telah mengebor 825 sumur dan mengelola 84 rig pengeboran aktif. 

Berdasarkan catatan perusahaan, produksi minyak di Blok Rokan terus naik sejak Juli 2023. Per 31 Juli, produksi mencapai 167.645 BOPD, pada 1 Agustus sebanyak 168.730 BOPD, dan per 7 Agustus sejumlah 169.282 BOPD. 

Tambang Minyak Bumi (Dok. Unsplash)


Blok Natuna

Blok migas yang terletak di Provinsi Riau ini diperkirakan memiliki cadangan gas hingga 226 TCF, dan cadangan minyak sebesar 60,31 juta barel. Data SKK Migas pada 2022 menunjukkan, daya produksi minyak di Laut Natuna Utara mencapai 17.449 BOPD, sedangkan produksi gas 394 juta standar kaki kubik per hari.

Sebelumnya, PI Blok East Natuna dipegang oleh ExxonMobil. Namun, pada Mei tahun ini, Kementerian ESDM menyerahkan pengelolaan East Natuna ke Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui unitnya PT Pertamina East Natuna.

Blok Tuban

Blok yang terletak di Jawa TImur, yang dikelola oleh Subholding Upstream melalui PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java, ini diproyeksi dapat menghasilkan gas sebesar 3,6 juta MMScfd dan minyak sebesar 108 BOPD.

Blok Berau

Blok yang berada di Kalimantan Timur ini diproyeksikan menghasilkan sumber daya migas sebesar 1,23 TCF. Selain itu, blok ini juga diperkirakan menghasilkan gas 700 MMSCFD dan minyak 3.000 BOPD.

Blok Andaman

Blok ini memiliki 3 WK yang terdiri dari Blok I, II, dan III. SKK Migas mencatat, potensi sumber daya gas bumi di Blok Andaman Aceh berada di kisaran 6 TCF dari total jumlah 3 blok ini.

Belum lama ini, KKKS Blok Andaman III yaitu Repsol Andaman B.V. mengembalikan kontrak pengelolaan Andaman III kepada pemmerintah setelah tidak memperpanjang tambahan waktu eksplorasi yang berakhir pada Juni 202.  

Selepas mundur dari Blok Andaman III itu, Repsol bakal berfokus untuk pengembangan lebih lanjut portofolio lain mereka di Blok Sakakemang, Banyuasin, Sumatra Selatan. Saat ini, pemerintah masih mencari investor yang tertarik menggantikan Repsol di blok tersebut. 

(wdh)

No more pages