“Semua perencanaan akan kita [siapkan], bahwa kita akan efisiensi semua dengan perkembangan RUU EBT, [revisi UU] Migas, dan sebagainya,” tutur Yudo.
Target Realistis
Yudo pun menegaskan target pemerintah agar Indonesia bebas PLTU batu bara pada 2058 realistis untuk dicapai.
“Itu iya, semua realistis. Kita akan lihat ke depan ya. Itu proyeksi kami. Toh juga sekarang PLTU yang terakhir sebentar lagi, tidak lama lagi [akan berhenti beroperasi]. Salah satu [yang kami siapkan], kami akan menggantikannya dengan [pembangkit] EBT yang baru,” ujarnya.
Pun demikian, Yudo tidak memerinci berapa kapasitas pembangkit EBT berikut peta jalan transisi yang disiapkan pemerintah untuk menghadapi masa berakhirnya penggunaan PLTU berbasis batu bara di Indonesia.
Pemerintah sebelumnya menjanjikan tidak akan mengizinkan pengembangan PLTU berbasis batu bara baru per 2030, meski menegaskan tidak akan mencabut subsidi energi fosil hanya demi misi transisi energi.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menegaskan transisi energi akan dilakukan secara bertahap dan tidak serta-merta, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap pembangkit batu bara.
"Setelah 2030, diharapkan PLTU batu bara tidak akan dikembangkan lagi. Lalu, tambahan pembangkit setelah 2030 hanya dari energi terbarukan. PLTU batu bara terakhir akan berakhir pada 2058," ujarnya di acara Indonesia Energy Transition Dialogue 2023 (IETD), Senin (18/9/2023).
Potensi Panas Bumi
Pada perkembangan lain, Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Harris Yahya mengatakan energi panas bumi memiliki potensi paling andal untuk dijadikan tulang punggung pembangkit listrik pengganti batu bara ke depannya.
Dari segi suplai, setidaknya, energi geothermal lebih konsisten dibandingkan dengan batu bara dan dapat diandalkan untuk berproduksi secara stabil sepanjang tahun, tanpa mengenal musim.
“Panas bumi itu sebenarnya lebih reliable dari batu bara. Sebab panas bumi itu bisa beroperasi terus-menerus, 95% atau hampir setahun penuh dengan kestabilan power. Kalau batu bara tidak bisa sampai 95%, mungkin hanya 75%—85%. Jadi tentu kalau kita lihat dari sisi produktivitas megawatt-nya, geothermal jauh lebih tinggi dari batu bara memang,” ujarnya kepada Bloomberg Technoz, Rabu (20/9/2023).
Walakin, Harris mengatakan pemerintah tetap fokus mencari alternatif EBT natural selain panas bumi. Terlebih, potensi panas bumi di Indonesia sekitar 23 GW dibandingkan dengan batu bara yang di atas 40 GW.
Jika energi panas bumi, angin, air, dan surya dinilai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kelistrikan pengganti batu bara, lanjutnya, pemerintah akan mengisinya kekosongan tersebut dengan mengembangkan energi nuklir. Hal itu mengingat permintaan listrik ke depan akan makin melesat.
“Kami sudah menyusun roadmap-nya. [Pengembangan] panas bumi berapa, hidrogen berapa, kapan masuknya, surya berapa, dan sebagainya. Targetnya [penggunaan EBT dalam ketenagalistrikan nasional] 708 GW sampai 2060. Di antaranya itu, [tenaga] surya sekitar setengahnya,” terang Harris.
Dalam sebuah kesempatan medio Juli, Presiden Direktur PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) Julfi Hadi mengatakan, panas bumi merupakan sumber energi di Indonesia yang paling stabil untuk proses transisi dari energi fosil ke ramah lingkungan.
“Saya akan selalu mengingatkan bahwa geothermal is the only stable renewable energy yang punya peran penting untuk dekarbonisasi dan selama transisi menggantikan batu bara. Kita bisa lihat demand," katanya dalam acara EBTKE Conex 2023, Kamis (13/7/2023).
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sumber daya panas bumi di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 28,5 gigawatt electrical (GWe) yang terdiri dari sumber daya 11.073 MW dan cadangan 17.453 MW. Hal ini menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara dengan sumber daya panas bumi terbesar di dunia.
Adapun, sumber daya panas bumi yang termanfaatkan telah mencapai 1.948,5 MW yang terdiri dari 13 pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di 11 wilayah kerja panas bumi (WKP).
Menurut Julfi, bukan tidak mungkin ke depannya peran batu bara akan tergantikan sepenuhnya oleh panas bumi. Dia juga optimistis nantinya panas bumi akan menggeser ketergantungan Jawa dan Sumatra terhadap energi fosil lantaran panas bumi ini merupakan energi yang paling hemat.
“Geothermal siap menggantikan batu bara di Jawa dan Sumatra. Intinya Indonesia negara volcano, negara geothermal, dan geothermal lebih cost effective dibandingkan dengan sumber energi terbarukan lain," jelasnya.
(wdh)