Selanjutnya, BI biasanya akan melanjutkan penilaian terhadap situasi perekonomian domestik, termasuk perkembangan nilai tukar rupiah. yang mengalami tekanan terus sampai saat ini, arus modal asing, juga perkembangan kinerja kredit perbankan dan sistem pembayaran.
Berikut ini beberapa poin pemaparan yang kemungkinan menjadi sorotan dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia siang nanti:
- Perkembangan ekonomi global
Pengumuman bunga acuan the Fed dini hari tadi yang menjelaskan stance kebijakan bank sentral AS yang hawkish dengan memberikan sinyal kenaikan bunga acuan lagi di sisa tahun ini, akan menjadi sorotan BI.
Kebijakan the Fed secara langsung memengaruhi pergerakan dana asing di pasar domestik yang berpotensi meningkatkan volatilitas dan menekan rupiah.
Prediksi pertumbuhan ekonomi global oleh BI juga akan disebutkan. Dalam RDG bulan lalu, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2,7%.
BI juga akan menyoroti perkembangan perekonomian China yang terlihat masih tertatih meskipun otoritas Tiongkok telah merilis berbagai stimulus.
- Perkembangan ekonomi RI dan inflasi
Selanjutnya BI akan memberi pemaparan serta penilaian terkini terhadap perkembangan perekonomian domestik.
Beberapa data terakhir memperlihatkan aktivitas ekonomi domestik yang kini banyak disokong oleh konsumsi terlihat mulai menggeliat terindikasi dari penjualan barang tersier seperti mobil dan sepeda motor.
BI juga akan menyinggung kinerja ekspor Indonesia yang terus mencatat kemerosotan seiring pelemahan permintaan global dan berakhirnya bonanza harga komoditas.
Disrupsi pasokan pangan akibat kekeringan dampak fenomena El Nino yang telah memicu krisis beras di beberapa negara, dan melesatkan harga beras juga akan disinggung.
Kenaikan harga pangan bisa menjadi momok inflasi yang sejauh ini telah terkendali di kisaran 3,27% pada Agustus dengan deflasi secara bulanan pada bulan lalu.
- Neraca Pembayaran dan rupiah
Nilai tukar rupiah berada dalam tekanan sejurus dengan sentimen eksternal yang terus melesatkan pamor dolar AS. Di saat yang sama, pergerakan harga minyak yang mencetak rekor tinggi baru sejak tahun lalu, telah memicu kekhawatiran terhadap kesejahteraan Transaksi Berjalan.
Neraca Pembayaran RI pada kuartal II-2023 lalu telah mencatat defisit dengan nilai melampaui prediksi pasar. Besarnya defisit NPI akibat dua komponennya yakni Transaksi Berjalan dan Transaksi Modal dan Finansial sama-sama mencetak defisit.
Dalam RDG bulan lalu, BI masih mempertahankan prediksi Neraca Pembayaran akan berada di kisaran surplus/defisit 0,4% dari Produk Domestik Bruto.
Nilai tukar rupiah masih menyisakan return positif 1,05% year-to-date sampai hari ini, semakin tergerus seiring tekanan yang terus berlangsung sejak Mei lalu akibat lonjakan permintaan dolar AS secara siklikal dan terus kelurnya modal asing sejak pertengahan Agustus lalu. Sementara 1 bulan terakhir, nilai tukar rupiah telah melemah 0,8%.
- Perkembangan perbankan dan kinerja kredit
BI akan memberi paparan tentang kondisi terkini likuiditas sistem perbankan dan melaporkan kinerja penyaluran kredit bank pada Agustus.
Berdasarkan hasil survei bank sentral terakhir, kemungkinan pertumbuhan kredit pada Agustus akan mencatat kenaikan kendati permintaan pembiayaan korporasi masih lesu.
Di akhir paparan, BI akan memberikan kesimpulan dan mengumumkan keputusan kebijakan moneter di mana mayoritas ekonom memperkirakan BI7DRR akan kembali dpertahankan di 5,75%.
(rui)