Adapun Gubernur the Fed, Jerome Powell, mengatakan bahwa mereka "Siap untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut jika diperlukan, dan kami berencana untuk mempertahankan kebijakan pada tingkat yang ketat sampai kami yakin bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju sasaran kami."
"Kami berkomitmen untuk mencapai dan mempertahankan kebijakan moneter yang cukup ketat untuk menurunkan inflasi ke target 2% kami dalam jangka waktu tertentu," kata Powell dalam konferensi pers setelah keputusan tersebut.
Sesuai dengan pasar yang memperhitungkan 99% probabilitas bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) di kisaran target 5,25%-5,5%.
Sementara itu dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data Housing Starts yang memperlihatkan jumlah proyek pembangunan rumah di AS anjlok 11,3% pada Agustus menjadi 1,28 juta dan jauh di bawah prediksi pasar 1,44 juta.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, data tersebut merupakan laju penurunan terbesar sejak Juli 2022 dan menyusul pertumbuhan 2% yoy pada Juli. Kondisi finansial yang ketat, lonjakan suku bunga KPR dan tingginya harga rumah masih menjadi faktor penekan permintaan rumah.
“Jumlah surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) lompat 6,9% mtm (-2,7% yoy) menjadi 1,54 juta, tertinggi dalam 10 bulan dan jauh di atas estimasi pasar yang sebesar 1,44 juta,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Dari Eropa, inflasi atau Consumer Price Index (CPI) Inggris melambat menjadi 6,7% yoy pada Agustus dari 6,8% yoy pada bulan sebelumnya dan berada di bawah konsensus pasar sebesar 7%.
Ini menandakan tingkat inflasi terendah sejak Februari 2022 efek dari melambatnya kenaikan harga bahan makanan dan penurunan biaya layanan akomodasi.
Inflasi Inti (Core CPI) melandai menjadi 6,2% yoy, yang merupakan angka terendah sejak Maret, dan berada di bawah ramalan pasar sebesar 6,8% yoy.
Data inflasi Inggris ini membangkitkan harapan bahwa Bank of England (BOE) akan mempertahankan suku bunga setelah menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan mereka hari Kamis nanti.
Dari regional, Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) mempertahankan suku bunga Loan Prime rate (LPR) bertenor 1 tahun dan 5 tahun. Adapun suku bunga LPR bertenor 1 tahun dipertahankan di 3,45%, sementara suku bunga LPR bertenor 5 tahun dipertahankan di 4,2%.
Secara singkat, tujuan kebijakan tersebut adalah untuk mengevaluasi dampak langkah-langkah pelonggaran sebelumnya, termasuk pemotongan suku bunga pada bulan Agustus dan pengurangan rasio keharusan cadangan untuk bank-bank.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,4% ke 7.011 disertai dengan peningkatan volume pembelian.
“Dengan tertembusnya resistance di 7.020, maka diperkirakan posisi IHSG saat ini sedang berada pada bagian dari wave v dari wave (i). Dengan demikian, maka pergerakan IHSG masih berpeluang menguat untuk menguji rentang area 7.055-7.090,” papar Herditya dalam risetnya pada Kamis (21/9/2023).
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, ESSA, ITMG, MPMX dan WIRG.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi lanjut menguat dengan membentuk three white soldiers, yang merupakan pola candlestick sinyal bullish.
“IHSG berpotensi melanjutkan penguatan ke kisaran 7.030-7.050 di Kamis (21/9). Potensi penguatan didukung oleh terbentuknya rising window bersamaan dengan penguatan Rabu (20/9) yang didukung golden cross pada MACD. Satu hal yang menjadi concern adalah kecenderungan penurunan volume transaksi selama reli IHSG di 19 dan 20 September 2023,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan saham bank (BBCA, BBNI, BBRI dan BBTN) yang berpotensi terjadi penguatan lanjutan, serta saham-saham TLKM, UNVR, INDF, ADRO dan potensi rebound pada CPIN dan AMRT.
(fad)