Kenaikan harga yang sudah tajam itu memang pada saatnya akan membuat pelaku pasar mengambil posisi mencairkan keuntungan alias profit taking. Sepertinya, itu yang terjadi saat ini.
“Risiko bahwa The Fed (Federal Reserve/bank sentral Amerika Serikat) masih akan memberlakukan kebijakan moneter ketat kemudian membuat pelaku pasar memilih mencairkan keuntungan,” ujar Ed Moya, Senior Market Analyst OANDA, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dalam perspektif (time frame) harian, minyak masih berada di teritori jenuh beli atau overbought. Untuk Brent, nilai Relative Strength Index (RSI) ada di 71,44.
Skor RSI di atas 50 memang menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Namun kalau sudah di atas 70, maka sudah tergolong overbought sehingga kemungkinan koreksi menjadi lebih tinggi,
Target koreksi terdekat ada di US$ 92,51/barel. Jika tertembus, maka ada kemungkinan turun lagi ke US$ 89,37/barel.
Sedangkan untuk WTI, angka RSI ada di 66,22. Berbeda dengan Brent, WTI tidak lagi masuk zona overbought.
Akan tetapi, kenaikan harga yang sudah sangat tajam tetap saja melahirkan risiko koreksi teknikal. Target koreksi terdekat ada di US$ 86,25/barel. Apabila tertembus, maka bisa turun lagi menuju US$ 84,45/barel.
(aji)