Ragnhildur Sigurdardottir - Bloomberg News
Bloomberg, Biaya berkunjung ke Islandia akan menjadi makin mahal. Perdana Menteri Katrin Jakobsdottir menjelaskan negaranya akan menetapkan pajak lebih besar di tengah tumbuhnya pariwisata di ujung utara pulau Atlantik tersebut.
Jakobsdottir dalam sebuah wawancara dengan Shery Ahn di Bloomberg Television menjelaskan bahwa kebijakan pajak bertujuan mengurangi dampak eksponensial terhadap wisata alam di sana.
“Pariwisata benar-benar telah tumbuh secara eksponensial di Islandia dalam dekade terakhir dan hal ini jelas tidak hanya menciptakan dampak terhadap iklim,” kata Jakobsdottir, Rabu.
Dengan tekanan yang diciptakan dari para pelancong kepada lingkungan dan memengaruhi iklim, maka Islandia akan menaikkan pajak bagi mereka yang tinggal di negara itu.
Menurut Jakobsdottir, meskipun demikian pungutannya tidak akan tinggi “pada awalnya.”
Sektor pariwisata adalah salah satu industri terbesar di negara Nordik ini. Pulau yang menyebut dirinya sebagai tanah api dan es ini menarik wisatawan yang datang untuk melihat aliran lava, sumber air panas, air mancur, ataupun air terjun.
Islandia juga merupakan pasar perjalanan udara yang sibuk karena lokasinya strategis di Atlantik Utara, antara Eropa dan Amerika Utara.
Industri pariwisata menghasilkan sekitar 6% dari produk domestik bruto Islandia. Pariwisata memiliki peran penting dalam upaya negara ini mencapai target karbon netral pada tahun 2040.
“Banyak perusahaan yang bekerja di sektor pariwisata menemukan cara untuk benar-benar beralih ke ekonomi sirkular,” dan mengambil tindakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, seperti mulai menggunakan mobil listrik, kata dia.
“Jadi perubahan itu sedang terjadi, namun ini merupakan sebuah tantangan.”
Sejak Jakobsdottir menjabat tahun 2017, beberapa langkah telah diambil sebagai tanggapan terhadap perubahan iklim. Jakobsdottir menambahkan Islandia memanfaatkan panas bumi untuk energi listrik dan pemanas, memberikan subsidi untuk transisi hijau, meningkatkan efisiensi energi, dan bekerja untuk carbon capture.
Namun, “kami tidak melakukan cukup banyak hal. Sangat jelas bahwa semua negara perlu mempercepat aksi iklim mereka,” katanya.
(bbn)