"[Rencana itu] jalan. Mendukung? Iya dong," ujar Arifin saat ditemui di kantornya di Jakarta, Jumat (15/9/2023).
Sehari sebelumnya, Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM Harris Yahya juga membenarkan kementerian mengetahui rencana akuisisi PLTP Sorik Marapi milik KS Orka oleh PGEO dengan nilai mencapai US$1 miliar (sekitar Rp15,38 triliun).
Meski demikian, Harris mengatakan, pemerintah tidak akan mencampuri proses bisnis tersebut. Kementerian ESDM hanya akan menunggu hasil akhir negosiasi itu. Sesuai regulasi, kata Harris, negosiasi akuisisi aset panas bumi dilakukan secara business to business (B2B).
“PGE kan perusahaan panas bumi dia lihat ada wilayah PT Sorik Marapi Geothermal Power [SMGP] yang ditawarkan kepada badan usaha yang minat. Nah, PGE lihat itu ada potensi mengembangkan usaha di saya, ya dibeli,” ujarnya.
Penambahan Kapasitas 1 GW
Meski bungkam soal rencana akuisisi Sorik Marapi, Julfi tidak menampik PGEO tengah mengincar dan menilai berbagai aset panas bumi di dalam maupun luar negeri. Terlebih, perusahaan memiliki target untuk meningkatkan kapasitas PLTP yang dikelola sebesar 1 gigawatt (GW) dalam 2 tahun ke depan.
“Kami lagi lihat, kami asses semua. Kami lagi bertumbuh pada saat ini. Kalau proyeknya bagus dan menarik, ya akan kami review,” ujarnya.
Julfi menyebut fokus perusahaan saat ini adalah mengakselerasi pertumbuhan setelah melakukan penawaran publik perdana atau initial public offering (IPO) pada 25 Februari tahun ini. IPO itu menghasilkan penggalangan dana segar senilai Rp9,05 triliun.
Salah satu strategi yang ditempuh untuk mengakselerasi pertumbuhan tersebut, kata Julfi, adalah dengan memacu penambahan kapasitas PLTP yang dikelola PGEO. Targetnya, perseroan mengelola kapasitas 1 GW pada 2025.
“Tahun ini belum akan ada proses. [Penambahan kapasitas] 1 GW itu kan dua tahun. Jadi insyaallah dalam dua tahun itu, quick win itu akan kami jalani,” terangnya.
Penambahan kapasitas tersebut mencakup pengembangan PLTP Lumut Balai Unit 2 dengan kapasitas terpasang 55 MW dan siap dioperasikan pada 2024, serta PLTP Ulubelu dengan kapasitas 220 MW. Keduanya beroperasi di Sumatra Selatan.
Selain itu, PGEO juga telah menandatangani kesepakatan untuk mengembangkan wilayah kerja panas bumi (WKP) Way Ratai di Lampung, Sumatra Selatan yang memiliki potensi cadangan geothermal sekitar 105 MW.
(wdh)