Rahmat mengatakan, terdapat 2 tahapan perakitan yang terdiri dari sub perakitan (sub assembly) dan perakitan utama (main assembly). Tahapan sub perakitan terdiri dari 12 stasiun yang akan merakit komponen-komponen utama yang besar, seperti swing arm, gearbox dan sebagainya. Tahapan ini disiapkan agar proses perakitan utama bisa berjalan dengan efisien.
Selanjutnya, terdapat tahapan perakitan utama yang terdiri dari 18 stasiun yang akan menyatukan komponen yang sebelumnya telah dirakit di tahapan sub perakitan, mulai dari tempat duduk (seating) dan pemasangan baterai.
Perakitan kedua motor listrik Alva telah memanfaatkan berbagai pemasok komponen lokal di Indonesia. Buktinya, Tingkat Komponen Lokal Dalam Negeri (TKDN) dari Alva One mencapai 45%, sedangkan Alva Cervo sebanyak 44%.
Menurut Rahmat, fasilitas IMG hanya difungsikan untuk merakit, sementara proses pengecatan atau pengelasan dilakukan di luar.
Setelah selesai melewati tahapan perakitan utama, motor listrik tersebut akan melalui tahapan pengecekan atau pengetesan sebelum disuplai ke pusat distribusi (distribution center) dan dealer.
Pengecekan terdiri dari uji dyno, yakni untuk mengecek kegunaan (functionality) motor saat berjalan, salah satunya untuk mengukur kecepatan dari motor Alva yang diklaim mampu mencapai 130 km per jam.
“Nanti kami harus pastikan semua motor bisa mencapai target (kecepatan) seperti itu. Setelah itu, motor akan diuji pengaturan lampu, sesuai dengan regulasi. Setelah itu memasuki wilayah jalur uji,” lanjutnya.
Wilayah jalur uji mengikuti tipe atau kondisi jalan di Indonesia, seperti jalan lurus, jalan yang menanjak, bahkan genangan air sedalam 50 cm. Motor listrik Alva juga diklaim mampu bertahan selama 30 menit di area banjir karena komponen kelistrikan di dalamnya sudah melalui pengujian dan validasi untuk bisa bertahan.
“Untuk baterai controller dan motor itu semuanya rating IP67 artinya bisa direndam air 1 meter selama 30 menit, tapi kita tidak menyarankan itu. Tujuannya orang kalau banjir bisa aman,” tutupnya.
(dov/ain)