Logo Bloomberg Technoz

Mencermati negara tetangga, ternyata bursa karbon sudah ada lebih dulu hadir di Singapura dan Malaysia. 

Adapun Singapura sudah memiliki bursa karbon sejak 2021, berdasarkan pernyataan resminya, DBS Bank (DBS), Bursa Singapura (SGX), Standard Chartered, dan Temasek telah bergabung secara kemitraan bersama dalam bursa Climate Impact X (CIX) yang bertujuan menjadi pertukaran dan marketplace global untuk kredit karbon berkualitas tinggi.

Patung Merlion di Singapura. Fotografer: Lionel Ng/Bloomberg

"Climate Impact X (CIX) akan memberikan solusi bagi perusahaan untuk mengatasi emisi karbon yang tidak dapat dihindari dalam jangka pendek dan mendorong pengembangan proyek kredit karbon baru di seluruh dunia,” ujar Mikkel Larsen, CEO Interim Climate Impact X dan Chief Sustainability Officer di DBS dalam keterbukaan informasi kala itu.

Dengan fokus awal pada Solusi Iklim Alami (Natural Climate Solutions/NCS), kredit karbon ini juga akan mendorong upaya untuk mengatasi risiko serius lainnya, yaitu hilangnya keanekaragaman hayati dan membantu melayani komunitas lokal.

“CIX akan membangun atas tindakan kolektif oleh pemerintah-pemerintah global, perusahaan, dan individu untuk mencapai net-zero economy,” terang Mikkel.

Pada tahun pertamanya hadir, Climate Impact X atau CIX yang berbasis di Singapura, telah berhasil menyelesaikan lelang uji coba portofolio kredit karbon berkualitas tinggi. Lelang ini sukses menjual 170.000 kredit karbon dari delapan proyek NCS yang diakui, yang dipilih secara cermat untuk membentuk portofolio yang terdiversifikasi, dengan harga US$ 8,00 per ton.

Sementara itu di Malaysia, bursa karbon sudah hadir sejak 2022 kemarin, dengan nama Bursa Carbon Exchange (BCX/Carbon Exchange).

Menariknya, BCX adalah bursa karbon pertama di dunia yang menerapkan prinsip-prinsip syariah, yang juga memperluas keragaman produk untuk produk ESG dan syariah yang sesuai.

Tangkapan Layar Presentasi Bursa Malaysia (Sumber Website Perusahaan)

Tujuan dari Bursa Carbon Exchange Malaysia adalah untuk memungkinkan perusahaan-perusahaan melakukan perdagangan kredit karbon sukarela dari proyek dan solusi yang ramah lingkungan, dengan tujuan untuk mengimbangi jejak emisi mereka dan mencapai tujuan iklim yang sehat. 

“Dengan memanfaatkan posisi Malaysia sebagai pasar keuangan Islam global serta menjadi bursa terkemuka di dunia untuk penggalangan dan investasi dana Islam, Bursa Malaysia adalah bursa pertama di dunia yang mendapatkan Fatwa Syariah untuk Bursa Karbon dan produk karbon berstandar yang akan ditawarkan oleh Bursa," mengutip keterangan resmi Tan Sri Abdul Wahid Omar, Ketua Bursa Malaysia Berhad kala itu.

Tertanggal 16 Maret 2023, Bursa Carbon Exchange Malaysia telah berhasil melaksanakan lelang kredit karbon perdana secara nasional. Adapun lelang ini dilakukan secara elektronik, yang mendapatkan partisipasi yang menggembirakan dengan 15 pembeli dari berbagai industri membeli total 150.000 kredit karbon yang terdaftar di Verra.

Dengan pencapaian penting ini, lelang memfasilitasi penentuan harga kredit karbon dari dua produk baru yang ditawarkan oleh BCX, yaitu Kontrak Karbon Berbasis Teknologi Global (Global Technology-Based Carbon Contract/GTC) dan Kontrak Karbon Berbasis Alam Global Plus (Global Nature-Based Plus Carbon Contract/GNC+).

Lelang ini juga akan menjadi langkah penting dalam memfasilitasi percepatan peralihan Perusahaan-perusahaan Malaysia ke ekonomi hijau dan memenuhi rantai pasokan global yang berkelanjutan.

Pada kesempatan yang sama, BCX Malaysia juga akan terus memperluas penawaran produknya di pasar kredit karbon sukarela (Voluntary Carbon Credit Market/VCM) dengan mempercepat pengembangan alur dan strategi pengurangan emisi karbon yang sehat melalui serangkaian program kesadaran dan peningkatan kapasitas dengan memanfaatkan keahlian praktisi VCM dalam dan luar negeri.

(fad/aji)

No more pages