Selanjutnya, saat ini tim SKK Migas dan Citic Seram Energy masih bekerja dan berada di lokasi, untuk memantau dan melakukan uji kekuatan semburan hidrokarbon.
“Flaring saat well testing sudah dilakukan dan semburan gas cukup bagus,” kata Surya.
Menurut Surya, temuan gas di Pulau Seram memiliki tantangan yang cukup besar dalam operasional kegiatan pengetesan sumur eksplorasi, karena berada di wilayah terluaar sehingga memerlukan waktu yang cukup lama.
“Terutama untuk memobilisasi peralatan dan material pemboran, sumur dengan kedalaman yang relatif dalam dan tekanan reservoir yang tinggi,” kata Surya menjelaskan.
Sementara itu, pelakasana tugas (Plt) Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Mohammad Kemal mengatakan temuan gas ini merupakan angin segar eksplorasi masif, agresif, dan efisien yang terus dilakukan SKK Migas Bersama KKKS.
Kemal menambahkan potensi cadangan minyak bumi di Pulau Seram, Maluku masih cukup besar dan setidaknya, potensi cadangan mencapai bisa mencapai 5 miliar barel.
“Kita punya potensi cadangan minyak, yaitu Pulau Seram dan Warim, Papua, dan Alhamdulillah sudah ada investor yang tertarik untuk melihat datanya,” kata Kemal.
Sekadar catatan, ivestasi migas per kuartal III-2022 mencapai US$7,7 miliar. Angka tersebut hanya setara dengan sekitar 60% dari target tahunan sebanyak $13,2 miliar, meskipun merupakan capaian rerata investasi hulu terbesar sejak 2016.
Produksi migas Indonesia pada semester pertama tahun lalu mencapai 1,57 juta barel setara minyak per hari atau barrel of oil per day (boepd), atau sekitar 90% dari target pemerintah sebesar 1,74 juta boepd, menurut data SKK Migas.
Satgas juga mencatatkan produksi 613.000 bopd per kuartal III-2022 menyentuh 86,8% dari target produksi 703.000 boepd, sementara produksi gas mencapai 5.353 juta mmscfd, 92,3% dari target 5.800 mmscfd.
Produksi minyak Indonesia terus menurun selama lima tahun terakhir dari sekitar 1 juta boepd pada 1970-an. Sebagian besar pemicunya adalah akibat sumur yang sudah tua dan kurangnya penemuan baru.
Data Kementerian ESDM menunjukkan produksi turun dari 831.000 boepd pada 2016 menjadi 708.000 boepd pada 2020.
Penurunan diproyeksikan menjadi 300.000 boepd pada 2030 dan 119.000 boepd pada 2040 atau setara dengan penurunan masing-masing sebesar 58% dan 87% dari level 2020.
Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) telah memperkirakan peningkatan konsumsi migas yang drastis selama beberapa dekade mendatang yang kemungkinan akan memperburuk defisit migas negara.
Demikian pula, data SKK Migas juga memperkirakan konsumsi minyak domestik akan mencapai lebih dari dua kali lipat menjadi 3,97 juta boepd pada tahun 2050, sementara konsumsi gas bumi diperkirakan akan mencapai lebih dari empat kali lipat menjadi 26.000 mmscfd.
(wdh)